Banyak rahasia di balik perintah dan larangan dari Allah SWT, yang tidak bisa disepelekan. Hal ini tentunya harus diresapi oleh umat Muslim. Terlepas besar dan kecilnya pahala maupun dosa dari apa yang di balik keputusan Allah SWT. Apa itu?
Dalam kehidupan ini ada hal-hal yang tampak secara jelas sehingga setiap orang bisa menyikapinya dengan mudah. Demikian pula ada hal-hal yang tersembunyi sehingga tidak mudah menyikapinya. Jika Allah merahasiakan sesuatu, pasti Allah memiliki maksud tertentu tetapi dengan tujuan yang jelas.
Dalam kitab Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah karya Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dijelaskan, bahwa Ali Zainal Abidin bin Husein RA, Allah menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara. Tentunya, hal itu tidak bisa diremehkan, karena setiap sesuatu itu mengandung rahasia Allah SWT, yang mungkin tidak bisa diterima oleh akal manusia.
Pertama, Allah menyembunyikan ridha-Nya dalam amal ketaatan kepada-Nya. Perintah-perintah Allah banyak sekali jumlahnya. Dari yang banyak itu mungkin banyak pula yang telah kita laksanakan. Tetapi kita tidak tahu dari amal-amal ketaatan itu manakah yang mendapatkan ridha dari Allah SWT, karena Allah memang tidak memperlihatkan ridha-Nya atas amal-amal itu kepada hamba-hamba-Nya.
Namun semua itu tidak bisa diremehkan. Seperti halnya kisah yang paling popular atas kisah atas mimpi yang dialami Imam al-Ghazali, tentang bagaimana dia bisa masuk surga karena kebaikan yang sepele.
Dalam mimpi itu Imam al-Ghazali ditanya seseorang, “Bagaimana perlakukan Allah terhadap engkau? Beliau menjawab, “Allah SWT membawaku ke hadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku, “Lantaran apa Aku membawamu ke sisi-Ku? Aku pun menyebutkan berbagai perbuatanku. Dia berfirman, “Kami tidak menerimanya, sesungguhnya yang Kami terima darimu adalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada wadah tintamu untuk meminumnya, padahal kamu sedang menulis, lalu kamu menghentikan tulisanmu hingga seekor lalat itu itu selesai meminumnya, kamu lakukan hal itu karena kasihan terhadap lalat tersebut. Kemudian Allah memerintahkan, “Bawalah hamba-Ku ini ke surga.” (lihat Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Nashaihul ‘Ibad [Surabaya: Nurul Huda, tanpa tahun], hal. 3).
Dari kisah ini bisa ditarik kesimpulan bahwa Hujjatul Islam Imam al-Ghazali masuk surge, bukan karena kitab-kitab yang beliau tulis dalam jumlah sangat banyak, tetapi karena membiarkan seekor lalat masuk ke wadah tinta yang beliau gunakan untuk menulis kitab. Nyamuk itu bermaksud minum karena haus hingga ia puas dan terbang meninggalkan Imam al-Ghazali.
Kedua, Allah menyembunyikan murka-Nya atas perbuatan maksiat yang dilakukan hamba-Nya dan bukannya langsung memberikan hukuman atau azab atas kemaksiatan itu. Setiap kemaksiatan menimbulkan murka Allah kepada pelakunya, namun Allah tidak memperlihatkan murka-Nya yang dapat dirasakan langsung oleh pelakunya.
Oleh karena itu hendaknya umat muslim tidak mengganggap enteng atas kemaksiatan yang telah dilakukannya, betapa pun kecilnya. Sebab, bisa jadi Allah telah sangat murka atas kemaksiatan itu. Dengan kata lain, umat manusia tidak boleh meremehkan sesuatu hal, meski itu sangat kecil.
Intinya adalah setiap kemaksiatan harus menjadi perhatian karena bisa jadi Allah sangat marah atas kemaksiatan itu. Oleh karena itu dianjurkan untuk banyak-banyak memohon ampun dengan memperbanyak istighfar agar Allah mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuat, diikuti dengan penyesalan dan bertobat.
Ketiga, Allah menyembunyikan para wali-Nya di antara makhluk-Nya. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak meremehkan siapa pun dari hamba-hamba-Nya karena mungkin ia adalah waliyullah. Dengan kata lain kita sesungguhnya tidak perlu mengorek-ngorek apakah seseorang adalah waliyullah atau bukan terutama jika upaya ini hanya akan membuat kita meremehkan orang itu setelah kita meyakini bahwa ia bukan seorang wali.
Justru seharusnya ketika Allah sengaja merahasiakan para wali-Nya dari hamba-hamba-Nya, maka kita sebaiknya memiliki keyakinan bahwa setiap orang sebaiknya kita hormati sebab mereka memang pantas dihormati karena kemanusiaannya. Allah sendiri memuliakan mereka.
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra’: 70)
Sekali lagi, Allah sengaja merahasiakan tiga perkara dalam tiga perkara agar manusia bersikap hati-hati, dan berbuat adil baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kesemua ini tidak lain adalah demi kebaikan kita masing-masing baik di dunia maupun akhirat. Wallahu a’lam bisshawab. sir,nuo