Majalahaula.id – K.H. Abd. Hamid Wahid menerima penganugerahan gelar Dato’ Guru pada saat kunjungan ke pulau Belakang Padang, Batam, Rabu (12/6) petang waktu setempat.
Gelar itu diberikan oleh Lembaga Adat Melayu Kecamatan Belakang Padang, Batam. Penobatan gelar dilakukan oleh tokoh sesepuh adat Melayu, Dato’ H. Said Hasyim Alattas.
Menurut tokoh setempat, penganugerahan gelar dilakukan atas dasar kapasitas dan kapabilitas serta kontribusi Kiai Hamid dalam turut serta membangun masyarakat Belakang Padang, Batam, melalui pendidikan dan dakwah Islam yang moderat dan dapat diterima oleh masyarakat. Hal itu seperti dinyatakan oleh salah seorang tokoh masyarakat Batam, Julaeni.
“Kedatangan Kiai Hamid ke Batam dan khususnya ke Pulau Belakang Padang ini menegaskan kiprah dan kontribusi beliau dalam mendukung serta mendorong kemajuan masyarakat Batam, khususnya di pulau Belakang Padang ini,” kata Julaeni.
“Selain itu, antara Kiai Hamid dan Batam ini sebenarnya ada ikatan historis. Ikatan historis itu dimulai sejak ayah beliau, yakni K.H. Abd. Wahid Zaini, pada era 90-an terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan masyarakat di Batam, khususnya di bidang pendidikan dan dakwah Islam. Jadi kedatangan Kiai Hamid saat ini semacam menjadi episode lanjutan dari perjuangan Kiai Wahid dulu,” tambahnya.
Sementara itu, menurut Kiai Hamid, penganugerahan gelar Dato’ Guru itu memiliki urgensi bukan bagi dirinya sebagai individu, melainkan bagi seluruh proses dan ikhtiar masyarakat Batam pada umumnya dalam mengupayakan tercapainya masyarakat yang madani. Selain itu, penganugerahan gelar tersebut menandai penerimaan masyarakat terhadap pelayanan, perjuangan dan pengabdian kaum santri di tengah-tengah masyarakat.
“Di Batam ini ada santri-santri, meskipun mungkin jumlahnya tidak sebanyak di Jawa. Yang perlu diingat bahwa tidak ada bekas santri. Kesantrian itu dibawa sepanjang hayat dan harus terus dihidupkan melalui perjuangan dan pengabdian kepada masyarakat. Jadi jika selama di pondok tugas santri adalah belajar dan mengabdi, mengaji dan membina akhlakul karimah, maka tugas itu terus menjadi tanggung jawab seorang santri ketika ia telah kembali ke masyarakat,” paparnya.
“Maka penganugerahan gelar dan penghormatan ini penting artinya bukan untuk saya, melainkan untuk segenap upaya perjuangan dan pengabdian yang dilakukan kaum santri di tengah-tengah masyarakat,” pungkasnya.
Acara penganugerahan gelar Dato’ Guru kepada Kiai Hamid itu dilakukan di tengah kunjungan silaturahmi keluarga pengasuh PP. Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, bersama Pengurus P4NJ Batam ke kecamatan Belakang Padang, Batam. Sebelumnya, dalam kunjungan ke Batam kali ini, Kiai Hamid juga meresmikan PP. Nurul Jadid Batam yang didirikan oleh H. Haerul Saleh, tokoh masyarakat dan pengusaha terkemuka di Batam.