Nyai Ageng Pinatih merupakan tokoh wanita Islam, karena beliau adalah ibu angkat yang mengasuh dan membesarkan sekaligus mendidik Raden Paku / Sunan Giri.
Pada jaman Majapahit, Nyai Ageng Pinatih adalah seorang saudagar kaya yang sangat dihormati oleh Raja, terbukti dari pengangkatannya sebagai Syahbandar Gresik.
Dalam literatur sejarah, Nyai Ageng Pinatih atau Nyai Gede Pinatih dikirim ke tanah Gresik pada abad ke-15 Masehi. Dia dikirim dari Blambangan atau saat ini bernama Banyuwangi untuk misi keagamaan. Mengawali misinya, Nyai Ageng Pinatih menemui saudara perempuannya, permaisuri penguasa Majapahit, Raja Brawijaya.
Demi memuluskan misi keagamaan tersebut, Raja Brawijaya menghadiahkan sebidang lahan di tanah Gresik. Akhirnya, 1412 Masehi, Nyai Ageng Pinatih memutuskan untuk menetap dan penggarap atas tanah tersebut. Beliau menyadari bahwa untuk memaksimalkan hadiah itu, tidak hanya perlu bekal ilmu agama. Perlu juga ilmu dagang atau ilmu ekonomi.
Pada umumnya, para peziarah merasa kurang afdol apabila di makam Sunan Giri tanpa ke makam ibu angkatnya. Makamnya terletak di tengah kota Gresik, tepatnya di Desa Kebungson berjarak sekitar 300 m sebelah utara alun-alun Kota Gresik.
Nyai ageng Pinatih wafat pada tahun 1483 M. haul beliau jatuh pada tanggal 12 bulan Syawal. Beliau sangat masyhur (terkenal) sebagai saudagar yang memiliki sejumlah armada kapal sebagai sarana perdagangan antar pulau dan luar negeri.
Jasa Perdagangan.
Posisi Mataram sebagai pemain global beras ini dijalankan melalui beberapa pelabuhan yang dimilikinya, termasuk di Gresik. Salah satu mitra dagang global utama Mataram adalah Kekaisaran China, dari berbagai dinasti. Diawali pada era Dinasti Song, ketika China mulai mempelajari kultivasi padi, hingga era modern, khususnya di Kawasan Asia Pasifik. Namun kini, pemeran utama rice bowl industry global dipegang oleh China.
Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan perdagangan di Gresik pada masa lampau adalah Nyai Ageng Pinatih, seorang saudagar kaya yang menguasai proses perdagangan di pelabuhan Gresik. Nyai Ageng Pinatih adalah Syahbandar perempuan pertama di Nusantara, yang dengan kedudukannya itu bertanggung jawab atas kebijakan cukai dan pengaturan perdagangan dengan kapal-kapal asing.
Nyai Ageng Pinatih memiliki garis kekerabatan dengan wangsa Majapahit dari Raja Lumajang, Arya Pinatih. Ia adalah ibu angkat Sunan Giri yang di kemudian hari menjadi murid Sunan Ampel yang juga merupakan kerabat Nyai Ageng Pinatih. Bersama Maulana Malik Ibrahim, Syahbandar Gresik sebelum Nyai Ageng Pinatih, Sunan Ampel dan Sunan Giri dikenal sebagai anggota Walisanga, sembilan tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa.
Nyai Ageng Pinatih sangat menyadari bahwa perdagangan dan ekonomi merupakan sarana dakwah yang cukup efektif. Dan hal itu terbukti dengan tersebarnya Islam secara masif dan damai di wilayah Jawa, dengan Gresik sebagai pintu masuk utamanya. Mungkin itulah salah satu yang membuat kota Gresik saat ini dikenal dengan sebutan kota santri.
Lokasi Makam
Makam Nyai Ageng Pinatih di Jalan KH Kholil, Kebungson, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lokasinya, tidak jauh dari Makam Malik Ibrahim, sekitar 600 meter dan 2 kilometer dari Makam Sunan Giri, anak angkatnya.