Majalahaula.id – Kementerian Agama (Kemenag) melaporkan hingga pertengahan tahun 2023 sudah ada sekitar 2.600 Madrasah dari jenjang Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA) telah menerapkan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka telah ditetap oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi sebagai upaya strategis untuk memulihkan pembelajaran pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mendukung kebijakan itu, Kemenag telah mengeluarkan keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Hal itu diungkapkan Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Mastuki saat melakukan kunjungan di Provinsi NTB. Kunjungan ini bertajuk ‘Belajar Bersama IKM BK Provinsi NTB’ ini berlangsung selama 4 hari (18 sampai 21 Juli 2023) dan diisi dengan berbagai kegiatan seperti lokakarya bersama para aktor pelaksana IKM BK di NTB dan kunjungan langsung ke beberapa madrasah dan sekolah untuk melihat praktik pembelajaran.
IKM berbasis komunitas ini didukung Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), sebuah program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia.
“Hingga tahun 2023 ini sudah ada sekitar 26.000 madrasah dari jenjang RA, MI, MTs dan MA/MAK yang menerapkan kurikulum merdeka,” ungkap Mastuki dalam keterangannya, Rabu (26/7/2023).
Kemenag juga telah mengeluarkan panduan umum untuk Implementasi kurikulum Merdeka (IKM). Panduan ini tidak mengatur pelaksanaan IKM secara spesifik yang tujuannya untuk memberikan keleluasaan bagi madrasah untuk melakukan kreasi dan inovasi dalam kurikulumnya.
Hal itu juga dimaksudkan agar setiap madrasah bisa menyusun rencana pembelajaran yang mengakomodir karakteristik dan kebutuhan serta kondisinya masing-masing.
“Salah satunya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang penerapan kurikulum merdeka di madrasah ibtidaiyah atau MI dilakukan dengan kolaborasi dan dukungan penuh dari berbagai pihak, mulai dari guru, kepala madrasah, pengawas, ormas hingga kampus-kampus LPTK,” ungkap Mastuki.
Mastuki pun mengatakan kolaborasi multi pihak ini telah membantu banyak madrasah ibtidaiyah untuk menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagaimana yang menjadi semangat dari Kurikulum Merdeka.
“Keterlibatan banyak pihak dari jajaran Kemenag dalam kegiatan ini tujuannya tidak lain untuk memastikan agar implementasi Kurikulum Merdeka mendapat dukungan yang kuat untuk segera dijalankan sepenuhnya. Dengan melihat langsung praktik baik yang ada di NTB ini, semua pihak bisa segera mengambil langkah strategis untuk pelaksanaannya,” ujar Mastuki.