Pandemi Covid-19 belum benar-benar tuntas. Setelah gempar dengan varian Delta sejak Juli 2021 lalu, kini muncul varian baru bernama Omicron. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian Omicron sebagai varian yang mengkhawatirkan. Maklum, varian ini ditemukan di 20 buah negara. Benarkah Varian Omicron tidak seganas Delta?
Pandemi Covid-19 atau korona di Tanah Air belum benar-benar tuntas. Virus yang menggegerkan dunia yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China Desember 2019, lalu itu masih membayangi dunia hingga kini.Pada Juli 2021, varian baru Delta yang diyakini para ilmuwan dua kali lebih cepat menular dari yang sebelumnya menyebar dengan cepat di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Delta dengan cepat mengakibatkan lonjakan kasus Covid-19 sehingga rumah sakit di seluruh dunia overkapasitas karena membeludaknya pasien Covid-19..
Varian Baru Omicron
Belum reda betul varian Delta, kini muncul varian baru bernama Omicron. Tepatnya, 26 November 2021, WHO menetapkan varian Omicron sebagai varian yang mengkhawatirkan. Maklum, varian ini setidaknya ditemukan di 20 negara. Di antaranya Skotlandia, Portugal, Kanada, Inggris dan Amerika Serikat. Terbaru, pemerintah RI mengumumkan Omicron sudah masuk Indonesia. Para ilmuwan dunia berpendapat bahwa Omicron cenderung menular seperti Delta atau bahkan lebih cepat. Dan tingkat penularannya akan sangat membebani sistem perawatan kesehatan, jika dibiarkan. Bila pemerintah dan masyarakat tidak mengantisipasi dan melakukan pencegahan dengan efektif. Namun, para ilmuwan berkeyakinan bahwa vaksinasi 1 dan 2 akan melindungi penyakit parah akibat Omicron. Selain itu, juga bisa diantisipasi dengan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Seperti dalam kasus varian Delta, para ilmuwan berharap vaksin tetap melindungi terhadap Covid-19 yang terkenal parah dan menelan banyak korban di dunia. Para Ilmuwan dari Afrika Selatan berpendapat bahwa Omicron dapat menyebabkan lebih banyak kasus infeksi ulang pada penyintas Covid-19 (orang yang mampu bertahan hidup melawan Covid). Karena Omicron memiliki lebih banyak mutasi pada protein lonjakannya daripada varian Delta. Tetapi hal ini masih butuh waktu untuk melakukan pengamatan dan penelitian lebih lanjut untuk kepastiannya.
Oleh sebab itu, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa Omicron lebih berbahaya daripada Delta atau tidak. Melansir CNET, Jum’at (3/12/2021) dalam laporan lifestyle.bisnis.com (3/12/2021), menurut Departemen Kesehatan Afrika Selatan, Omicron memiliki beberapa mutasi serupa pada protein lonjakannya dengan varian Delta, varian Alfa, Gamma dan Beta. Semuanya diklarifikasikan sebagai varian yang menjadi perhatian WHO. Artinya, Omicron juga akan menjadi sangat menular dan memungkinkan virus untuk lebih mudah mengatasi antibodi seseorang dan menurunkan kekuatan vaksin terhadap penyakit simtomatik.
Gejala-Gejala Omicron
Apa saja gejala Omicron? Seorang dokter dari Afrika Selatan, Angelique Coetzee, yang pertama kali melaporkan varian Omicron mengatakan kepada BBC, bahwa sejauh ini pasien yang ditemuinya dengan varian Omicron memiliki kasus yang sangat ringan. Gejala-gejalanya antara lain: kelelahan, sakit kepala dan tenggorokan gatal. Bukan hilangnya penciuman atau batuk-batuk yang terkait dengan infeksi Covid-19 sebelumnya. Namun yang terjadi pada varian Delta, justru batuk dan hilangnya indera penciuman yang menjadi gejala umum pada penderita Covid-19, adalah gejala tidak umum ditemukan pada varian Delta.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara US-Indonesia Investment Summit, Senin (13/12/2021), kepada pers menyampaikan bahwa memungkinkan varian baru virus korona B.1.1.529 atau Omicron masuk Indonesia. Namun di sisi lain, perangkat pengendalian juga disiapkan untuk mengantisipasi agar virus ini tidak menyebar dan tidak menimbulkan korban jiwa. “Kalau ditanya apakah kita bisa hold virusnya? Mungkin tidak, tetapi kita bisa kurangi (dampaknya),” tutur Budi.
Pemerintah hingga kini masih memiliki 12 laboratorium yang mampu melakukan WGS dan akan ditingkatkan menjadi 14 laboratorium. Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan bahwa pemerintah sedang menggencarkan metode baru untuk mengindentifikasi varian Omicron dengan melihat tes PCR S Gen Failure Test. Tes ini dapat menentukan probable Omicron dengan mengetahui posisi khusus di sequencing DNA RNA-nya dan tempat yang khusus bisa mengidentifikasi Omicron.
Langkah yang sudah dijalankan pemerintah untuk mencegah penyebaran varian Omicron adalah percepatan program vaksinasi untuk memperkuat imunitas. Jumlah masyarakat yang sudah divaksinasi mencapai 150 juta orang dosis pertama dan 100 juta orang dosis kedua. Pemerintah juga memperluas kelompok masyarakat yang wajib vaksinasi untuk anak-amak usia 6 tahun
Di samping itu juga pengetatan pembatasan pintu masuk wilayah Indonesia, baik melalui pintu laut, udara dan darat. Serta pelarangan terhadap negara yang sudah diserang Omicron maupun perpanjangan waktu karantina. Namun, semua pencegahan itu yang tak kalah penting adalah dengan melakukan vaksinasi lengkap dosis pertama dan kedua, serta tetap menjaga protokol kesehatan dengan ketat. (Riamah)