Search

SARSU Pasang EWS untuk Antisipasi Bencana Susulan Semeru

AULA, Lumajang – Tim relawan SAR Surabaya, atau biasa dikenal dengan SARSU, telah berada di lokasi sejak hari pertama bencana alam erupsi Gunung Semeru menjalankan pemberian bantuan, penanganan korban, pencarian jenazah dsb, sebagai tanggung jawab moral kepada masyarakat terdampak.

Pasca datangnya banjir lahar hujan dengan skala yang cukup besar pada hari Minggu, 2 Januari 2002 di sepanjang kanal lahar Besuk Kobokan, Tim SAR Surabaya segera merespon cepat dengan  mengirimkan tim assesment untuk mendata dampak kerusakan yang diakibatkan serta menganalisa potensi bahaya susulan yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.

Karakteristik Semeru sebagai gunung berapi aktif dan tertinggi di pulau Jawa berbeda dengan gunung berapi lain dalam aktifitas vulkaniknya. Semeru dengan tipe letusan strombolian justru yang paling diwaspadai adalah bahaya sekundernya yaitu turunnya material vulkanik berupa batu, kerikil, pasir, dan abu secara masif baik berupa guguran ataupun lahar hujan, dan itu sangat membahayakan bagi pemukiman di kaki gunung.

Baca Juga:  Sejumlah Tokoh Meriahkan Ajang Pilpres

Guratan sejarah kelam amuk lahar hujan Semeru di masa lalu menyisakan kisah pilu yang tercatat dalam sejarah dengan “Tragedi Nasional Bondeli, 1976” dimana satu dusun lenyap tertimbun banjir lahar hujan Semeru. Dimana korban jiwa mencapai 300 orang lebih pada peristiwa itu. Oleh karenanya kami berinisiatif membangun sistem peringatan dini terpadu untuk meminimalisir jatuhnya korban  jiwa dari masyarakat yang masih tinggal di kaki gunung Semeru jika bisa dideteksi lebih dini ujar Saiful Hasan atau yang akrab dipanggil Bagonk, alumni ITS yang menjadi Pembina SAR Surabaya saat ini.

Bagonk menambahkan bahwa sampai saat ini memang belum ada instrumen CCTV yang khusus memantau banjir lahar hujan di Semeru, ini merupakan langkah dan waktu yang tepat untuk membangun EWS-CCTV pemantauan banjir lahar di daerah hulu pasca Erupsi Semeru pada 4 Desember 2021 kemarin. Dan nantinya bisa dipantau oleh masyarakat sekitar secara mandiri di perangkat handphone masing-masing realtime.

Baca Juga:  Prof Masud Bekali Peserta DUTA ISNU Jatim, Begini Pesannya

Karena program EWS ini membutuhkan dana yang tidak sedikit dan murni swadaya relawan, maka SAR Surabaya berkolaborasi dengan komunitas lainnya yaitu HDCI (Harley Davidson Club Indonesia) dan IRBox Jakarta dalam mewujudkannya. Program EWS Semeru ini bukan proyek komersial ataupun monetized, 100% murni untuk wujud pengabdian kami bagi kemanusiaan.

Dalam teknisnya, EWS CCTV pemantauan lahar hujan Semeru ini terdiri dari 2 tower dengan tinggi masing-masing 20 meter yang dilengkapi dengan 3 unit CCTV khusus jarak jauh beserta solar panel dan PTP transmission unit yang ditempatkan di daerah hulu, Curah Kobokan dan Kamar A. 1 tower base station dan monitoring di Kajar Kuning, 1 monitoring station di Sumbersari Pronojiwo, dan 1 unit RPU (Radio Pancar Ulang) di Kebon Agung Sumberwuluh untuk memaksimalkan komunikasi frekuensi HT dari daerah hulu sampai hilir. Relawan-relawan lokal yang merupakan penduduk dari beberapa desa di sepanjang kanal lahar Besuk Kobokan akan dilengkapi dengan perangkat HT agar informasi pemantauan Semeru bisa tersampaikan dengan cepat dan luas.

Baca Juga:  Kota Bima Diguncang Gempa, Warga Berhamburan ke Luar Rumah

Farid Nurharto, S.siT M.Mar selaku perwakilan dari HDCI dalam keterangannya mengatakan harapan dari HDCI dengan adanya EWS Semeru ini nantinya adalah untuk meningkatkan “situational awareness” di masyarakat yang tinggal di kawasan rentan bencana. Dengan monitoring area dalam 24/7 disertai jaring komunikasi yang cepat ke stakeholder dan penduduk lebih meluas maka langkah mitigasi bahaya dari aktifitas vulkanik Semeru bisa memperoleh hasil yang maksimal. Karena disini kita mengemban rasa peduli Kemanusiaan dan Solidaritas kepada seluruh masyarakat di sekitar gunung Semeru yang berpotensi terdampak dari bencana alam vulkanik gunung berapi.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA