Hermansyah Kahir
Belajar di Pesantren Al-Amien Prenduan (2004-2006)
Penulis Buku Membangun Ekonomi Berkeadilan
Di tengah perkembangan teknologi digital yang semakin pesat, lembaga pendidikan pesantren menjadi pilihan terbaik bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk mendidik putra-putrinya. Pesantren adalah salah satu tempat mendidik calon-calon pemimpin bangsa untuk dapat memperdalam ilmu agama dan pengetahuan umum.
Dalam perkembangannya, pondok pesantren bukan lagi sebatas lembaga pendidikan dan dakwah. Pesantren terus bertransformasi memperluas perannya sebagai pelopor pemberdayaan ekonomi umat. Saat ini banyak pesantren yang memiliki usaha sendiri seperti minimarket, lembaga keuangan mikro syariah (BMT), rumah makan, toko bangunan, SPBU, usaha air mineral dan lain-lain.
Menurut Muttaqin (2011), ada dua alasan mengapa pesantren bisa menjadi pelopor perekonomian umat. Pertama, santri adalah golongan masyarakat yang berkomitmen tinggi dengan agamanya. Komitmen para santri dalam agamanya dapat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi yang dilakukan para santri. Kedua, fokus kegiatan pesantren pada kajian-kajian keislaman dapat membuatnya menjadi penggerak ekonomi syariah di masyarakat sekaligus melahirkan entrepreneur muda yang berjiwa islami.
Potensi yang dimiliki pondok pesantren pelu digali semaksimal mungkin sehingga lembaga pendidikan tertua ini benar-benar layak menjadi penggerak pemberdayaan ekonomi umat. Hal ini penting diupayakan mengingat jumlah pesantren terus mengalami peningkatan. Hingga saat ini terdapat sekitar 31.385 pondok pesantren yang tersebar di wilayah perkotaan dan pedesaan dengan jumlah santri sebanyak 4,29 juta orang. Tentu, jumlah ini sangat potensial mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Program OPOP
Sebenarnya sudah banyak program untuk mendorong pemberdayaan ekonomi pesantren, baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun swasta. Namun, program-program tersebut belum secara maksimal menjadikan pesantren mandiri secara ekonomi. Pesantren membutuhkan program pemberdayaan yang sifatnya jangka panjang sehingga mampu berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat.
Salah satu program yang menurut saya sangat bagus adalah One Pesantren One Product (OPOP). Program OPOP ini memang didesain untuk mendorong kemandirian ekonomi pesantren, santri dan tentu saja masyarakat. Dalam program ini, paling tidak pesantren memiliki satu produk unggulan yang bisa dipasarkan ke publik.
Pondok pesantren yang mengikuti program OPOP bukan hanya mendapatkan pengetahuan tentang dunia bisnis saja melainkan juga mendapatkan pendampingan usaha. Dalam konteks persaingan bisnis yang semakin ketat, maka kehadiran program OPOP sangat penting agar pesantren mampu menghasilkan produk sendiri sehingga pesantren lebih mandiri dan tidak bergantung ke pihak lain dalam hal pendanaan.
Karena itu, pemerintah dan pihak pesantren perlu bersinergi agar program One Pesantren One Product (OPOP) benar-benar berdampak bagi kemandirian ekonomi pesanren. Pesantren juga harus sigap menjawab berbagai tantangan akibat revolusi digital yang sudah masuk ke segala sektor kehidupan. Di sini, kalangan pesantren perlu meningkatkan keterampilan digital para santri agar mereka memiliki kecakapan dan responsif terhadap berbagai tantangan.
Pada dasarnya para santri sudah memiliki karakter sabar, tangguh, disiplin dan mandiri sebagai modal penting untuk mendorong kemandirian pesantren. Dengan modal tersebut program kemandirian pesantren bisa dengan mudah diwujudkan.
Pesantren dewasa ini perlu terus bertransformasi. Artinya, bukan sekadar membekali para santri dengan pengetahuan agama semata, tapi pihak pesantren juga memotivasi mereka menjadi calon-calon pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneur.
Kita berharap semoga ke depan lebih banyak pondok pesantren yang bisa menerima manfaat adanya program OPOP. Dengan demikian, kalangan pesantren mampu mencetak lulusan yang mampu menciptakan lapangan perkejaan melalui sektor kewirausahaan.