Search

Pondok Pesantren Al Islahiyah Ajarkan Istiqomah Qiyamul Lail

Nyai Hj. Anisah Mahfudz

Menempuh pendidikan di pesantren memang harus memiliki tekad yang kuat, mengingat waktu untuk belajar dan mengaji cukup lah padat. Tak jarang, kegiatan belajar mengajar mulai dari mengaji Al-Quran, sekolah, dan mengaji kitab-kitab kuning dilakoni para santri mulai pagi hingga malam hari.

Kegiatan tersebut belum termasuk aktivitas pesantren yang mengajak para santrinya untuk berdzikir, dan beribadah di malam hari. Seperti sholat tahajud, dan ibadah sunnah lainnya. Aktivitas tersebut tidak lain untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, di samping berharap agar ilmu yang diperoleh di pesantren bisa bermanfaat untuk masyarakat.

Di balik semua itu, tentunya tidak lepas dari peran pengasuh pondok pesantren. Seperti yang dilakukan Nyai Hj Anisah Mahfudz, yang kini diberi amanah oleh orang tuanya untuk meneruskan perjuangannya mengasuh para santri di Pondok Pesantren Al Islahiyah Singosari, Malang.

Dalam kesehariannya, Nyai Anisah selalu menyempatkan diri untuk mengajak para santriwati untuk menjalankan ibadah qiyamul lail atau sholat malam. Hal ini dimulai dari pukul 02.15 WIB. Menariknya, untuk membangunkan para santri, Nyai Anisah masih menggunakan cara lama, yakni dengan membunyikan lonceng sebagai tanda persiapan Qiyamul Lail.

Sembari menunggu para santri bangun dan berkumpul di Mushala, Nyai Anisah bersama para santri yang lain untuk membaca shalawat Nabi, yang kemudian disambung dengan sholat sunnah berjamaah dan dzikir bersama. Kegiatan ini dilakukan hingga sekitar pukul 03.30 WIB.

Sambil menunggu adzan Subuh, perempuan kelahiran 19 November 1961 ini, meluangkan waktunya untuk berdzikir. Di saat adzan berkumandang dan iqomah, Nyai Anisah sengaja tidak menjadi imam. Ia mendidik para santrinya secara bergiliran sesuai dengan jadwalnya untuk menjadi imam sholat. Dengan harapan agar mereka sudah terbiasa, jika nantinya diminta menjadi imam.

Baca Juga:  PPIH Arab Saudi Siap Sambut Kedatangan dan Layani Jemaah Haji Indonesia

Usai sholat Subuh dan berdzikir bersama, para santri melanjutkan aktivitasnya untuk persiapan mengaji dan sekolah. Di saat itu pula, Nyai Anisah juga memulai aktivitasnya di pagi hari.

Sekitar pukul 06.30 WIB, putri dari pasangan KH. Mahfudz dan Nyai Hasbiyah ini, mengawali aktivitasnya dengan memandikan putra kembarnya, yakni Alan Nafi’dan Alan Nafis, sekaligus menyiapkan kebutuhan sekolah. Mulai dari pakaian hingga menyuapi si kembar.

Di saat jam menunjukkan pukul 07.00 WIB, Nyai Anisah mengantarkan kedua buah hatinya bersama sang suami KH Imron Hamid. Di sela-sela waktu anak sekolah, Nyai Anisah memilih bersih-bersih rumah dan beristirahat.

Ketika waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, Nyai Anisah pun langsung bergegas menjemput kedua anaknya. Meski dengan kondisi badan yang lelah, Nyai Anisah tetap meluangkan waktu bermain bersama kedua buah hatinya, sambil menunggu adzan Dhuhur untuk sholat berjamaah dan dilanjut dengan istirahat setelah menyiapkan berbagai kebutuhan makan keluarga.

Rutinitas Nyai Anisah inipun masih berlanjut setelah sholat Ashar berjamaah para santri, yakni mengajar para santri untuk mengaji. Namun sebelum mengaji dimulai, Nyai Anisah meminta kepada para santri untuk membersihkan kelas agar suasana belajar mengajar lebih nyaman.

Tidak hanya itu, Nyai Anisah juga kerap kali mengarahkan para santri agar meluruskan meja dan kursi. Menurutnya, tanpa kerapian proses belajar mengajar tidak akan berjalan.

Baca Juga:  MWCNU Candi Launching Ambulance Gratis

Setelah kelas mengaji sudah tertata rapi, sekitar pukul 16.23 WIB, Nyai Anisah pun memulai pengajian diniyah. Kala itu, Nyai Anisah mengajar kitab hadis kepada para santri di ruang kelas 1 D Ula, yang terdiri dari kelas campuran. Yakni, kelas 2 A, B, dan C.

Dalam mengajarnya, Nyai Anisah selalu mengajak para santri untuk mengikuti atau menirukan bacaan hadis yang telah dibacakannya. Metode ini dinilai cukup tepat diterapkan, agar para santri bisa memahami sekaligus menghafalkan hadis yang dibacanya. Terlebih lagi dalam melafalkan bacaan hadisnya.

Apalagi dalam pembahasan ilmu hadis tersebut, Nyai Anisah sedang menjelaskan tentang konsep adil dalam Islam. Sehingga para santri harus memahami lebih jelas tentang materi tersebut. Sebab, dalam penjelasan Nyai Anisah, konsep adil dalam islam tidak berarti harus sama. Seperti hak antara laki-laki dan perempuan, antara guru dan murid, kakak-adik, dan lain sebagainya. Itu memiliki porsi masing-masing. Dan tidak bisa disamakan.

Dalam materi tersebut, juga dijelaskan mengenai perilaku dholim atau menerapkan sesuatu tidak pada tempatnya. Sering kali tanpa sadar, santri melakukan hal yang seperti ini. Nyai pun mencontohkan dari kegiatan yang biasa di lakukakn sehari-hari, misalnya ketika santri menyapu. Niat yang dilakukan itu karena apa? Atau hanya sekedar memenuhi kewajiban, keindahan, atau karena Allah.

Contoh lainnya, Nyai menjelaskan cara menyetrika. Niat menyetrika pakaian itu untuk apa? Gaya-gayaan, kerapian, keindahan, pamer atau semata karena Allah. Untuk itu, dalam pengajian tersebut, Nyai Anisah, berpesan agar para santri untuk menata niatnya sebelum mengerjakan sesuatu. Karena tak jarang seseorang itu salah niat dalam menjalankan kegiatan tersebut.

Baca Juga:  Pasar Leuwiliang Bogor Dilanda Kebakaran Hebat

Menurutnya, perasaan hati-hati dalam menata niat itu penting. Jangan sampai melakukan suatu yang dholim. Perbuatan dholim bukan hanya bisa dilakukan kepada diri sendiri, tetapi juga kepada sesama manusia, kepada alam, dan kepada Allah SWT. “Memintalah sebanyak mungkin kepada Allah. Karena tidak akan pernah habis. Bagaikan jarum yang dicelupkan kedalam laut. Airnya tidak akan pernah berkurang,” jelas Nyai Anisah.

Pengajian rutin para santri ini pun berakhir sekitar pukul 17.00 WIB. Meski lelah, perhatian Nyai Anisah terhadap keluarga dan santri tidak kendor. Nyai pun justru tetap terlihat semangat.

Bahkan, di saat sholat maghrib berjamaah bersama para santri, yang dikerjakan sekitar pukul 17.20 WIB, Nyai Anisah biasanya menyempatkan dirinya untuk menjadi imam. Namun saat AulaNisa berkunjung ke pesantren, Jumat lalu, bersamaan dengan kedatangan KH Imron Hamid pulang dari studi di Cina. Sehingga sholat berjamaah diimami oleh pengurus pesantren, yang dilanjutkan dengan membaca yasin, tahlil dan istighotsah.

Sebab, Nyai Anisah dikala itu memilih untuk sholat berjamaah bersama keluarga. Sekaligus menyiapkan segala kebutuhan keluarga. Meski memiliki kesibukan yang super padat, Nyai Anisah tetap meluangkan waktunya untuk keluarga.

Rutinitas ini dijalani Nyai Anisah meski dalam kondisi badan yang cukup lelah. Bahkan, di saat adzan Isya’ Nyai Anisah menyempatkan waktu mengimami sholat berjamaah dengan para santri. Baru usai sholat dan berdzikir bersama, Nyai Anisah bisa beristrirahat dan bercengkrama bersama keluarga. * Diah

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA