Search

Hilal Awal Ramadlan Diprediksi Tak Terlihat pada 1 April

 

Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menentukan awal bulan Ramadlan pada 1443 Hijriah pada Jumat, 1 April 2022, atau bertepatan dengan 29 Syakban 1443 Hijriah nanti. Isbat digelar setelah rukyatul hilal melakukan pemantauan hilal di 78 titik di Indonesia. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi di hari itu hilal kemungkinan kecil terlihat.

“Hasil rukyat hilal awal bulan Ramadlan 1443 H pada 1 April 2022 hilal berpotensi kecil untuk terlihat (teramati). Hal ini berdasarkan ilmu astronomi dan data rekor hilal yang teramati oleh BMKG sejak tahun 2008 yang dihubungkan dengan data-data hilal awal Ramadlan 1443 H tanggal 1 April 2022 M saat matahari terbenam seperti tersebut di atas,” kata Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono dalam keterangan resminya diterima wartawan, Ahad (20/03/2022).

BMKG menjelaskan beberapa alasan mengapa hilal kecil kemungkinan akan muncul pada tanggal tersebut. Pertama, tinggi hilal tertinggi di Indonesia pada 1 April 2022 adalah 2,19 derajat dan dinilai masih sangat rendah. Sementara tinggi hilal terendah yang pernah diamati berada di posisi 6,47 derajat. Kedua, elongasi juga masih dinilai rendah yakni 3,46 derajat. Sementara, catatan terendah elongasi hilal yang pernah terlihat adalah 7,306 derajat.

Baca Juga:  Fatwa Bermuamalah di Dunia Digital

Ketiga, umur bulan tertua di Indonesia pada saat itu masih berada pada 5,39 jam dan dinilai masih sangat muda. Sementara, umur bulan tertua yang pernah tercatat adalah 13,76 jam. Terakhir, lag terlama bulan saat ini masih berada di posisi 11,33 menit dengan kecerlangan 0,092 persen. Ini juga dinilai masih jauh dibandingkan pencatatan yang ada yakni lag tersingkat 30 menit 19 detik dengan kecerlangan bulan 0,41 persen. “Juga berdasarkan hasil analisis BMKG yang pernah dilakukan, kriteria hilal terlihat adalah tinggi hilal sebesar 5,23 derajat dan elongasi sebesar 5,73 derajat,” ujarnya.

“Untuk mengawali bulan Ramadlan 1443 H umat Islam Indonesia sebaiknya menunggu keputusan Menteri Agama Republik Indonesia yang akan diumumkan pada tanggal 1 April 2022 malam, setelah Sidang Isbat,” katanya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, mengatakan bahwa sidang isbat oleh Kemenag nantinya akan digelar secara hibrid karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19. “Karena masih pandemi, sidang akan kembali digelar secara hybrid, dalam arti gabungan antara daring dan luring dengan menerapkan protokol kesehatan,” ujardalam keterangan tertulis sebagaimana dikutip dari Detik.com, Senin (14/03/2022).

Baca Juga:  Persebaran Islam Beriringan dengan Persebaran Pengetahuan

Kemenag akan menggelar sidang isbat secara luring di Auditorium HM Rasjidi Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Adapun jumlah peserta yang hadir dibatasi sesuai ketentuan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sedangkan sebagian peserta lainnya akan berpartisipasi melalui telekonferensi melalui jaringan internet.

“Meski lebih longgar dari ketentuan tahun sebelumnya, kita tetap harus mematuhi protokol kesehatan. Misalnya, ruang sidang telah disemprot disinfektan dan tempat duduk diatur berjarak. Peserta juga akan diperiksa suhu tubuh dan harus menggunakan masker,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kemenag Adib menambahkan sidang isbat digelar sesuai Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 bulan sebelumnya pada kalender Hijriah.

Baca Juga:  Peran Penting Perempuan Sebagai Penggerak Ekonomi

Sidang isbat akan melibatkan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama, duta besar negara sahabat, dan perwakilan ormas Islam. Sidang ini juga akan melibatkan perwakilan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan); Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); serta undangan lainnya. “Kami juga mengundang pimpinan MUI dan Komisi VIII DPR RI untuk hadir dalam sidang,” ujar Kamaruddin.

Adib, menerangkan sidang isbat akan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1443 H berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi). Pemaparan dilakukan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag mulai pukul 17.00 WIB. “Sesi ini terbuka dan akan disiarkan melalui live streaming,” ujar Adib.

Kedua, pelaksanaan Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1443 Hijriah. Sesi ini digelar secara tertutup setelah salat Magrib. Selain data hisab (informasi), sidang isbat akan merujuk pada hasil rukyatul hilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 78 lokasi di seluruh Indonesia. “Tahap ketiga, telekonferensi pers hasil sidang isbat akan disiarkan secara langsung oleh TVRI dan media sosial Kemenag,” katanya. NF

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA