Muktamar ke-34 NU di Provinsi Lampung pada tanggal 22 – 23 Desember 2021 lalu (ada tambahan 1 hari hingga 24 Desember), memang sudah berlalu tetapi euforianya masih terasa dan mungkin akan lama hilang dalam benak pikiran. Dengan ditunjuknya Pondok Pesantren Darussa’adah yang terletak di Mojoagung, Seputih Jaya, Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah, menjadi salah satu tempat pelaksanaan Muktamar ke-34 NU, secara otomatis menjadikan warga nahdliyyin di Lampung Tengah sebagai shohibul bait yang harus melaksanakan hadits nabi, falyukrim dhoyfah yang artinya memulyakan tamu, sehingga memberikan penghormatan yang layak kepada para muktamirin dan muhibbin dari seluruh penjuru Indonesia adalah sebuah hal yang harus diupayakan.
Untuk mewujudkan hal itu, kemarin bisa dirasakan betapa sangat antusiasnya seluruh komponen keluarga besar Nahdlatul Ulama di Kabupaten Lampung Tengah dalam mempersiapkan dan mensukseskan hajat besar NU 5 tahunan ini. Lihat saja, menjelang pelaksanaan Muktamar ke-34 NU, setiap hari di Pondok Pesantren Darussa’adah banyak para pekerja yang datang secara sukarela membantu proses pembangunan sarana prasarana fisik yang akan digunakan, ditambah lagi kiriman logistik bahan makanan seperti beras, sayuran, lauk pauk yang datang dari beberapa Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah. Begitupun penggalangan dana dari PCNU, MWC NU, Ranting NU, Lembaga, Badan Otonom seperti Muslimat NU, GP Ansor, Fatayat NU dan lain-lain serta infak melalui stiker hasilnya juga sangat lumayan.
Antusiasme yang besar ini juga ditambah dengan motivasi untuk ngalap berkah Muktamar ke-34 NU, dimana tamu yang hadir dalam ajang Muktamar bukanlah orang sembarangan, mereka adalah para ulama, ahli ibadah dan orang sholih yang banyak membawa keberkahan. Disamping itu juga merupakan upaya untuk ikut serta dalam rangka mensukseskan forum tertinggi di NU yang hasilnya tentu akan membawa kemaslahatan bagi agama dan negara.
Diriwayatkan, KH. Achmad Siddiq (Rais ‘Aam PBNU 1984-1991) sewaktu memberikan sambutan pada acara tahlil dan doa untuk KH. As’ad Samsul Arifin (sesepuh NU dan juga Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo), menyampaikan “Seandainya Kyai As’ad tidak memiliki amal lain kecuali sukses Munas (Munas Alim Ulama NU Tahun 1983 di Situbondo), maka itu sudah cukup sebagai bekal hidup beliau di akhirat”. Dawuh KH. Achmad Siddiq tersebut menggambarkan kepada kita besarnya keberkahan Munas yang waktu itu telah menghasilkan 2 point penting tentang kembali ke khittah NU 1926 dan penerimaan asas tunggal Pancasila. Seperti diketahui Munas dan Konbes adalah forum permusyawaratan tertinggi kedua setelah Muktamar, dalam 3 forum permusyawaratan NU tingkat nasional tersebut banyak keputusan penting dan strategis yang dihasilkan untuk kemaslahatan agama dan negara.
Mengamati hal ini kita harus bersyukur dan bangga bisa menjadi bagian dari suksesnya Muktamar ke-34 NU di Provinsi Lampung, semoga kita warga nahdliyyin di seluruh Nusantara dan juga Kabupaten Lampung Tengah akan dilimpahi keberkahan yang luar biasa oleh Allah SWT, amiin ya robbal ‘alamiin.
Oleh: Alie Fadhilah Musthofa (Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Ampel Punggur, Punggur, Lampung Tengah)