Majalahaula.id – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mengisahkan pengalamannya yang unik di berbagai tempat yang menampilkan realitas sosial beragam. Salah satu pengalaman yang mencolok adalah ketika Gus Mus berdakwah di pusat rehabilitasi bagi narapidana.
“Saya pernah mendatangi pusatnya bramacorah. Isinya ya mantan maling, rampok dan sebagainya. Jadi, yang baca Qur’an diambil dari luar kota, yang jadi pembawa acara juga diambil dari luar kota,” kisah Gus Mus di Kanal Youtube.
Kala itu, Gus Mus harus berdakwah di hadapan para jamaah dengan perangai yang unik, termasuk ada jamaah yang membawa benda tajam. “Saya pidato itu naik meja yang hadir ada yang jongkok, ada yang duduk, ada yang berdiri di depan saya sambil membawa golok, mengawasi kalau salah bicara sedikit saja mungkin akan dibacok,” ungkap Gus Mus, seraya terkekeh.
Pengalaman lain yang tak kalah menarik adalah saat Gus Mus diundang untuk memberikan dakwah di lokalisasi. Saat ia sedang ceramah, beberapa jamaah yang hadir tampak mengenakan busana mini dan melakukan aktivitas yang tak biasa. “Pidato, tetapi hadirinnya ada yang hanya memakai kutang. Ada yang sambil mencari kutu. Wah, habis saya. Itu yang paling berkesan,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin itu.
Gus Mus juga membagikan kisah unik mubaligh dan amplop. Menurutnya, ada beberapa mubaligh yang lebih fokus pada amplop ketimbang substansi dakwah yang disampaikan. “Ada memang yang mubaligh itu konsentrasinya pada amplop pertama kali itu. Jadi, mereka banyak cerita tentang amplop itu,” tutur Gus Mus.
Meski demikian, Gus Mus menegaskan saat diundang untuk berdakwah tidak selalu berkaitan dengan urusan materi. “Kalau yang ngundang itu saya tahu, saya kenal, saya familiar misalnya pondok yang saya tahu persis ya, saya kembalikan (amplopnya). ini untuk pondok aja,” pungkasnya.