Majalahaula.id – Kementerian Agama (Kemenag) menyebut saat ini Indonesia tengah mengalami darurat penghulu. Untuk mengatasinya, kampanye menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) pun digaungkan sebagai salah satu solusinya.
Menanggapi isu tersebut, Ketua Umum Asosiasi Penghulu Indonesia (APRI) Madari menyebut beban tugas dan jumlah yang tidak seimbang menjadi salah satu penyebabnya. Selain menikahkan calon pengantin, penghulu juga bertugas memberi pelayanan konsultasi, bimbingan hukum Islam, kajian hukum Islam, serta deteksi dini terhadap permasalahan-permasalahan keagamaan.
“Kalau dari sudut pandang regulasi, dihitung berdasarkan analisis beban kerja penghulu, ini pernah dihitung oleh Direkturat BINA KUA dan keluarga Sakinah di Dirjen Bimas Islam, kebutuhan penghulu Indonesia itu 16 ribu orang. Persisnya itu 16.263 orang,” ungkap Madari, Rabu (13/9/2023).
Sementara itu, ia menyebut jumlah penghulu yang ada saat ini sebanyak 9.054 orang. Meski demikian, jika terkait layanan pernikahan, ia menyebut hal ini masih terbilang aman dan belum darurat. Tidak pernah terdengar ada pernikahan yang tidak terlayani atau ditolak karena kehabisan penghulu.
Kalaupun ada yang ditolak, ia menyebut penyebabnya ada dua, yaitu penyebaran penghulu di wilayah dan ‘musim’ pernikahan. Terkait penyebaran penghulu, rata-rata di daerah perbatasan atau terdalam dan terluar jumlahnya memang sedikit jika dibandingkan dengan di kota-kota besar. “Ketika tidak merata jumlah penghulu, kadang-kadang di daerah yang kekurangan penghulu itu jumlah pernikahannya satu penghulu itu menjadi sangat tinggi, sementara daerah yang sudah banyak penghulunya, dia normal saja,” kata dia.
Sehubungan dengan tugas penghulu, tugas yang diemban bukan hanya pada hari H pernikahan. Mereka juga disebut melakukan bimbingan perkawinan sebelum acara, sebagai bentuk pembekalan terkait kehidupan berumah tangga. Setelah acara pun, penghulu masih bertugas memberikan konsultasi rumah tangga.(Vin)