Majalahaula.id – Pengasuh Pondok Pesantren Al Fattah, Ustadz H.M. Fauzan, Lc., M.Pd., mengatakan pihaknya menyelenggarakan kegiatan quduman mubaroka. Yaitu pengenalan lingkungan pesantren, Senin (17/7).
Hal itu bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang memahami pondok pesantren. Kegiatan ini melibatkan seluruh stakeholder. Mulai dari pengasuh hingga seluruh jajaran guru, pegawai, dan semua santri yang berjumlah sekitar 600 orang.
Dalam kegiatan tersebut, tujuan utamanya adalah agar wali santri dan masyarakat dapat memiliki persepsi yang sama terhadap nilai-nilai pondok pesantren. Selain itu, juga untuk memperkenalkan makna pondok pesantren yang merupakan tempat sementara untuk mengasah dan mencari ilmu. “Setelah belajar di pondok pesantren, diharapkan santri dapat memanen hasil dari ilmu yang mereka peroleh,” ujarnya.
Ustadz H.M. Fauzan, Lc., M.Pd., menjelaskan bahwa pondok pesantren merupakan tempat belajar yang penting, dan persepsi tentang hal ini harus disamakan. Oleh karena itu, santri diminta untuk menumbuhkan rasa memiliki bersama-sama agar pondok pesantren dapat dijaga dan dikembangkan dengan baik.
Selain itu, kegiatan pengenalan lingkungan pesantren ini juga memperkenalkan arah pendidikan di pondok pesantren. Arah pendidikan ini dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama adalah kelompok tahfidz, yang memiliki target hafalan tinggi.
Kedua, kelompok sains dan teknologi atau reguler, yang diikuti oleh santri-santri yang memiliki kemampuan di bidang sains dan teknologi. Ketiga, ada kelompok international class program, yang khusus diikuti oleh santri yang memiliki keunggulan dalam bahasa dan sosial. Sehingga nantinya santri akan diberikan pemahaman yang kuat dalam public speaking dalam bahasa Arab dan Inggris, hingga kurikulum yang distandarkan dengan Universitas Al Azhar.
Di sisi lain, Kepala SMP AL Fattah H. Muhammad Al Irsadi, S.Pd., M.Pd., melaporkan bahwa jumlah siswa baru tingkat SMP mencapai 93 orang, sedangkan tingkat SMA sebanyak 74 orang. Tema kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ini adalah semangat kebhinekaan. Hal itu karena para santri berasal dari berbagai daerah. Seperti Kalimantan, NTT, NTB, Sulawesi, dan Sumatra.
Dalam MPLS kali ini, santri SMP AL Fattah menampilkan keunikan budaya masing-masing daerah asal mereka. “Mereka mengenakan pakaian adat agar dapat saling mengenal dan memperkuat rasa kebersamaan dan toleransi di antara mereka,” katanya.
Dia menegaskan tidak ada tindakan perpeloncoan ataupun bullying di lingkungan ponpes. MPLS tahun ini juga diharapkan dapat membantu siswa mengenal budaya dari seluruh wilayah Indonesia, sehingga mereka dapat saling merasa memiliki teman yang beragam.
Dengan adanya kegiatan pengenalan lingkungan pesantren dan MPLS yang berfokus pada semangat kebhinekaan. Diharapkan para santri dan siswa SMP AL Fattah dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pondok pesantren dan keberagaman budaya di Indonesia.