Search

Sulap Kayu Bekas jadi Miniatur yang Diminati Diplomat Dunia

Majalahaula.id – Miniatur Kapal Nusantara bikinan Arifin warga Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta diminati pasar nasioal bahkan diplomat dunia. Dari tangan kreatifnya, Arifin menyulap kayu jati bekas jadi kerajinan miniatur berbagai jenis kapal tradisionall nusantara. Karyanya demikian indah luar biasa, banyak peminatnya. Para pembelinya mulai dari jajaran utama pejabat utama Indonesia hingga diplomat dunia.

Bukan itu saja, tercatat dua museum memajang karyanya, yakni museum Diorama Nusantara Purwakarta dan Museum Gedung Juang 45 yang ada di Kabupaten Bekasi. Miniatur kapal pinisi karya Arifin terpanjang indah dan megah di kedua museum itu.

Keterampilan Arifin dalam membuat miniatur kapal nusantara justru diperolehnya bukan melalui bangku sekolah, melainkan hasil belajar otodidak yang terus dikembangkan dan dilatihnya bertahun-tahun.

“Saya terus belajar sendiri. Terus melatih dan mengasah keterampilan. Saya pelajari gambar-gambar kapal dari buku, majalah, koran dan dan sumber-sumber lainnya. Setiap ada acara televisi yang menyiarkan tentang kapal-kapal nusantara, saya pelototi. Saya rekam dikepala saya, dan besoknya coba saya buat buat. Saya lakukan itu bertahun-tahun,” kata Arifin seperti dikutip dari tintahijau.com.

Baca Juga:  UMKM Jember Petik Berkah di Nobar Piala Dunia

Minat dan keinginan kuat Arifin membuat kerajinan kapal nusantara diawali 15 tahun lalu, atau sekitar tahun 2008. Diawali melalui mimpi melihat kapal-kapal tradisional yang berlalu lalang di Sungai Citarum pada masa lalu.

Pada masa keemasan era kerajaan-kerajaan di tatar Sunda masa lalu, Sungai Citarum merupakan sungai utama jalur perdagangan. Banyak kapal tradisional berukuran besar dari berbagai kerajaan lain di nusantara melintasi sungai tersebut mengangkut barang dagangan.

“Dalam mimpi itu, saya melihat kapal-kapal nusantara yang demikian megah dan hebat. Mimpi itu terbawa terus dan mengusik saya untuk mencari informasi lebih banyak tentang kapal-kapal itu. Dari sana, memicu keinginan saya untuk mencoba membuatnya. Awalnya tidak mudah. Banyak gagalnya. Namun, saya tak mau menyerah. Saya terus belajar dan berlatih keras. hasilnya seperti sekarang ini,” ungkapnya.

Kini karya Arifin sudah banyak dipesan berbagai kalangan. Untuk pasar Indonesia, pesanan datang dari sejumlah kota besar. “Pesanan terbesar masih dari kota-kota utama di Pulau Jawa. Pesanan juga datang dari daerah lain di luar Jawa, tapi belum sebanyak pesanan dari kota-kota di Jawa,” kata Arifin.

Baca Juga:  UMKM Banyuwangi dapat Fasilitas Foto dan Video Gratis

Nilai tambah dari karya Arifin adalah bahan bakunya yang berasal kayu jati, salah satu jenis kayu terbaik di dunia. Menariknya lagi, kayu jati yang digunakannya sebagian besar adalah kayu jati bekas dan bukan dari kayu jati hasil olahan dari perkebunan. Kayu jati yang diolah Arifin berasal dari kayu jati bekas hasil bongkaran bangunan tua perumahan para tenaga ahli dan pekerja proyek pembangunan proyek raksasa Waduk Jatiluhur Purwakarta.

“Saya itu tinggal persis di desa dekat bibir Waduk Jatiluhur. Mengetahui banyak kayu jati bekas bongkaran yang terbuang percuma, saya seperti mendapatkan durian runtuh. Itu harta karun bagi saya, karena dari kayu jati itulah awal dari kerajinan kapal-kapal itu saya buat,” kata Arifin.

Kapal miniatur yang dibuat Arifin juga dikembangkan modelnya. Tidak lagi sebatas kapal tradisional nusantara, namun membuat kapal model lain seperti model perahu armada Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok, ataupun model kapal galiung milik Sulaiman Al Qonuni Penguasa Kesultanan Turki Utsmaniyah ke-10, pada abad 16.

Baca Juga:  OJK Kritik Pelaku Usaha Kurang Inovasi

Menurut Arifin dalam waktu sebulan, bengkel miniatur kapal nusantara miliknya bisa menghasilkan 18-20 unit miniatur kapal pinisi ukuran kecil. Perahu ukuran kecil ini dengan panjang sekira 45 cm ini dijualnya seharga Rp 350 ribu.

“Saya juga menerima pesanan untuk miniatur kapal berukuran agak besar. Pernah juga saya menerima pesanan kapal miniatur sepanjang 2 meter, pengerjaaannya agak lama selama kurang lebih dua minggu. Kapal miniatur itu saya jual seharga Rp15 juta per unitnya,” kata Arifin.

Perjalanan Arifin ternyata tidak selamanya mulus. Serangan pandemi Covid-19 sempat menghantam usaha kerajinannya. Uahanya surut dan terancam bangkrut. Namun, berkat bantuan dan perhatian dari Bupati Anne Ratna Mustika, usaha Arifin bisa bangkit kembali.

“Masa pandemi Covid-19 merupakan masa yang sangat berat bagi pelaku UMKM seperti saya. Saya hampir bangkrut. Kondisi benar-benar berat. Namun berkat bantuan dari Bupati Anne Ratna Mustika, saya bisa bangkit kembali,” tuturnya.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA