Search

Bangkit Berkat Pengalaman dan Keyakinan

Nyai Masriyah Amva, Pengasuh Pesantren Kebon Jambu Cirebon Jawa Barat.

Dikenal sebagai tokoh feminisme dan tokoh ulama perempuan. Melalui karya-karya puisinya, Masriyah Amva pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Cirebon, justru mengantarkan hidupnya lebih berjaya. Pesantrennya pun mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Siapa sangka perempuan kelahiran, 13 oktober 1961 dulunya mengalami banyak problematika hidup. Dirinya pun kerap menerima hujatan dari berbagai berbagai kalangan tokoh agama, baik laki-laki dan perempuan. Pengalaman pahitnya inipun ditulis dalam bentuk puisi, dan diceritakan kepada setiap tamu yang berkunjung.

Bagi Nyai Masriyah, isi puisinya merupakan refleksi dari perasaan gundah dari kondisi pesantren yang kala itu mengalami banyak kendala. Baik sisi perekonomian pesantren, sistem pembelajaran, hingga sebagian santri yang memilih keluar dari pesantren.

“Cemas sekali waktu itu. Bayangan saya hanya satu. Bagaimana saya menafkahi diri saya dan pesantren peninggalan almarhum suami. Karena suami saya orang yang terpandang. Dan orang-orang menitipkan anak-anaknya kesini karena sosok suami,” kata Nyai Masriyah menceritakan isi hatinya waktu itu.

Terlebih lagi, Nyai Masriyah merasa tidak mampu memimpin pesantren, dan kurang percaya diri. “Saya adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki kemampuan untuk memimpin sebuah pesantren. Bahkan saya tidak percaya akan memimpin pesantren ini sendiri,” tambahnya.

Melalui coretan puisi itulah akhirnya pikirannya terbuka lebar, bahkan dirinya merasa tumbuh rasa ikhlas dan berkeyakinan bangkit dari keterpurukan. Karena itu, sosok Tuhanlah yang bisa menggantikan almarhum suami sebagai teman hidup. Karena Tuhan adalah sosok paling mulia tak ada bandingannya. “Tiba-tiba dalam benak saya ingin mengangkat Tuhan sebagai pengganti suami saya,” ungkapnya saat di wawancarai Majalah AULA.

Baca Juga:  KH Cholil Nafis Catatan untuk Haji Backpacker

Menariknya, dari keyakinan itu malah mendorong dirinya berani mengungkapkan langsung di depan ribuan santri laki-laki, alumni dan saudara-saudaranya. “Saya bilang ke para santri. Bahwa Allah SWT yang akan menggantikan, sekaligus memimpin pesantren ini. Yang akan membuat kita dan pesantren ini lebih hebat, lebih segalanya dari yang sebelumnnya. Kalian juga tidak boleh lagi hengkang dari pesantren ini. Karena ada Allah lah yang mengurus pesantren ini,” katanya.

Sejak saat itu, tidak ada satupun santri yang berpamitan, dan kepercayaan masyarakat pun kembali menjadi lebih besar.

Menciptakan Dunia Keimanan

Teori tentang menciptakan dunia keimanan merupakan hasil rekontruksi dari pemikiran, sekaligus pengalaman setelah ditinggal sang suami. Baginya menciptakan dunia keimanan hal yang menurutnya tidak masuk akal.

Nah untuk menembus hal itu diperlukan iman yang kuat. “Kan kepercayaan itu harus diciptakan. Bukan datang dengan sendirinya. Melalui keimanan itulah, yang membuat saya percaya diri bahwa suatu saat nanti saya akan dibantu dan mendapatkan yang saya inginkan. Jadi menurut saya, pengalaman itu sudah menjadi teori tersendiri,” jelasnya.

Baca Juga:  Inul Daratista Pajak Hiburan, Ancaman PHK

Kesibukannya dalam mengurus pesantren seorang diri, membuat dirinya harus kerja keras. Karena menurutnya, banyak dana yang harus dikeluarkan untuk mengurus pesantren. Tidak hanya itu, biaya untuk kehidupan sehari-hari hingga dana sosial juga sangatlah besar.

Namun berkat kenyakinannya, bahwa dirinya sedang bekerja di kerajaan Allah dengan mengurusi pesantren. Rezeki yang tak terduga dan halal datang dengan sendirinya.

“Orang bekerja mendapatkan uang itu pasti. Saya yang bekerja di kerajaan Allah SWT, kekayaan saya semakin bertambah. Tiba-tiba ada orang yang mau membantu bikin koperasi di pesantren, saya persilahkan. Mengirim bahan bangunan seperti semen juga datang sendiri. Bahkan wali murid sendiri tidak segan-segan memberikan bantuan sembako, makanan ringan, hingga uang, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu,” tuturnya.

Selain banyaknya aktifitas di dalam pesantren, Nyai Masriyah juga banyak pekerjaan di luar pesantren. “Awalnya saya berfikir, bagaimana cara menghidupi kebutuhan saya sendiri. Saya tidak ada pekerjaan. Orang bekerja dapat duit itu pasti, akhirnya saya bekerja kepada Allah yang Maha Kaya Raya, Penyayang, Maha Pemberi Rezeki dan yang Maha Sempurna,” tambahnya.

Baca Juga:  Zannuba Arifah Chafsoh Selektif saat Memilih Pemimpin

Seberapa besar kekayaan Allah, dibuktikan Nyai Masriyah ketika bekerja yang tidak ada hubungannya dengan uang, kekayaannya pun semakin bertambah. Meski demikian ia pun berikhtiar dengan membuat kreatifitas untuk berwirausaha. “Saya membuka koperasi di dalam pesantren. Entah barang yang dijual mengambil dari pasar atau membut jajanan sendiri. Karena kita bekerja kepada Allah pasti dapat duit,” nyakinnya.

Wanita Bisa Memimpin

“Seperti lelaki, wanita juga bisa memimpin” Pernyataan itu diungkapkan Nyai Masriyah ketika dirinya dihadapkan oleh sebuah pertanyaan peran wanita dalam memimpin, dan mengurus pesantren. Sejak kecil orang tua mengajarkan untuk memiliki sifat kepemimpinan. Yaitu perempuan yang bisa memimpin dalam kondisi apapun.

“Waktu itu ayah saya agak kecewa, ketika ibu melahirkan anak perempuan semua. Oleh karena itu, ayah selalu mengajarkan kepemimpinan dari kecil,” ungkapnya.

Berbeda dengan pesantren lain yang biasanya diasuh oleh lelaki. Pesantren yang diasuh oleh Nyai Masriyah semua pemimpinnya adalah perempuan. Mulai dari anak, adik, dan menantu. Hal tersebut terlihat dari struktur kepengurusan yang terletak di samping mading Pesantren putri Kebon Jambu.

“Alhamdulillah, pendidikan formal di pesantren tidak hanya tingkat SMP, dan Madrasah Aliyah. Tapi juga perguruan tinggi dan Tahfidzul Quran,” pungkasnya. * Lina

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA