Bagi penikmat coklat, bisa jadi Kampung Coklat Kabupaten Blitar, Jawa Timur menjadi pilihan destinasi yang tepat bagi keluarga. Bukan sekadar menikmati cita rasa berbagai jajanan dari bahan kakao atau coklat, tetapi wisata edukasi ini mengajak pengunjung untuk menyaksikan langsung cara mengelola buah coklat sampai menyajikannya.
Blitar, AULA – Kampung Coklat berlokasi di Jl. Bantengblorok No 18 Desa Plosorejo, Kec. Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, sejak tahun 2014 mulai ramai menjadi jujugan banyak wisatawan. Maklum lahan yang semula seluas 750 meter persegi ini terlihat sejumlah pohon kakao terbaik dunia.
Tidak hanya itu, lahan yang menjadi destinasi baru di Kabupaten Blitar ini terus berkembang, dan kini lahan yang juga berdiri beberapa café mini, pertokoan yang menyajikan berbagai aneka ragam olahan coklat, serta fasilitas pendukung lainnya. Selain itu, di lokasi yang kini luasnya mencapai 5 hektare tersebut, juga menyediakan ruang rapat, mushola, wahana bermain, ruang cooking class, resto, panggung hiburan, kebun kakao, tempat pembibitan kakao, kerajinan khas Blitar, dan masih banyak lagi.
Keberadaan kampung coklat ini mendapat sambutan hangat masyarakat sekitar. Bagaimana tidak, keberadaan destinasi ini mampu mengentas kemiskinan, dan pengangguran di sekitar lokasi wisata. Saat ini, kampung coklat mampu mempekerjakan 300 orang. Jika diwaktu liburan panjang atau momen tahun baru, jumlah karyawan bisa bertambah lebih banyak.
“Destinasi ini terus berbenah lebih baik dan dikenal hingga ke penjuru Nusantara. Pengunjungnya bukan hanya dari Jawa Timur, melainkan dari daerah-daerah lain hingga mancanegara,” kata Direktur Utama PT Kampung Coklat, H Kholid Mustofa (47) yang juga pendiri, penggagas, sekaligus pemilik destinasi yang kini banyak dikenal wisatawan.
Keberhasilan pria kelahiran Blitar 17 Agustus 1973 ini dalam mengelola destinasi kampung coklat tersebut, tidak lepas dari pengalaman organisasi yang selama ini diikutinya. Sejak remaja, Kholid tercatat aktif mengikuti organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor NU Kab. Blitar.
Dari pengalaman ini dirinya mampu mengelola destinasi itu hingga moncer. Disamping itu sejak kecil orangtuanya mengajarkan untuk bekerja dan mandiri. Iapun berkomitmen untuk bekerja keras, meraih sukses dalam usaha dan bermanfaat buat sesama. “Sebelumnya saya memulai usaha sebagai peternak ayam petelur. Namun setelah mencoba di bidang perkebunan ternyata lebih sreg dan cocok. Nah, sekarang hasilnya bisa memiliki perkebunan kakao,” tuturnya kepada AULA, Rabu, 11 November 2020.
Dirikan Kampung Coklat
Kata sukses memang sebuah pencapaian yang tidak boleh berhenti, karena harus terus berkembang dan tidak merasa cepat puas. “Karena harus terus berinovasi, dipupuk dan dikembangkan agar sebuah usaha tidak sia sia,” tutur suami Khoirotunasihah ini.
Ayah kedua anak ini mengaku, tugas utama sebagai petani adalah membantu mensejahterakan para petani. “Saya harus menjaga harga biji kakao lebih stabil. Sebagai pengusaha, saya harus bisa mengatur usaha, anggota atau karyawan, berjalan sesuai aturan yang sudah disepakati bersama,” lanjutnya.
Kholid bertekad untuk menumbuhkan dan membimbing para aktivis muda agar sukses melalui jalur organisasi. “Jika sudah sukses, dan menjadi pengusaha yang bermanfaat buat sesama,” tutur Wakil Bendahara PCNU Blitar ini.
Kholid berharap Kampung Coklat menjadi salah satu contoh wirausaha yang bisa dipelajari oleh seluruh kalangan, khususnya warga NU. “Saya berharap di wilayah kami, warga NU yang sukses bisa bermanfaat untuk sesama. Tidak hanya sukses untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain juga,” katanya.
“Saya ingin dunia coklat semakin maju dan berkembang lebih besar lagi. Apalagi, coklat bisa tumbuh di berbagai wilayah Indonesia dan kualitasnya terkenal di dunia Internasional,” kata Kholid, Pelopor Ketahanan Pangan pada Adhikarya Pangan Nusantara Award 2015 oleh Presiden Joko Widodo.
Ia berpendapat, bahwa coklat merupakan makanan yang bisa dinikmati semua segmen usia. Bahkan coklat dikenal sebagai jenis makanan elite yang sangat disukai oleh banyak kalangan, dan sangat menjanjikan di Indonesia. “Mengapa? Karena komoditas biji kakao di Indonesia masuk urutan ke-3 di tingkat internasional,” katanya.
Kholid pun menceritakan awal mula berdirinya kampung coklat. Hal ini diawali dengan usaha miliknya dengan menanam bibit coklat di belakang rumahnya. Dirinya pun terus mengkampanyekan budidaya kakao di Blitar dan sekitarnya, dengan mendirikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Guyub Santosa.
Dengan cara mengumpulkan biji kakao dari para petani dan mendistribusikannya ke pabrik dan eksportir dengan harga yang lebih baik. “Kini banyak yang berpendapat, bahwa coklat favorit adalah coklat dari Kampung Coklat. Meski coklat lebih popular dari luar negeri, tetapi dengan adanya Kampung Coklat ini dan sudah membuat olahan coklat sendiri dengan berbagai varian, sehingga olahan coklat dari Kampung Coklat inilah yang menjadi favorit masyarakat,” ungkap Kholid.
Meski sibuk di bidang usaha yang digelutinya, Kholid tetap tidak lupa meluangkan waktu bagi keluarga. Bahkan, hubungan keluarga Kholid terbilang sangat harmonis. “Dalam urusan keluarga, saya harus memastikan seluruh anggota berkecukupan, mendidik anak anak agar menjadi seorang pengusaha sukses, agamis dan semoga bisa meneruskan usaha yang telah saya rintis Kampung Coklat ini,” tutur Kholid, penerima penghargaan Tokoh Kakao 2015 dari Dinas Perkebunan Jatim ini.
Rahasia Sukses
Pengalaman mengelola kampung coklat hingga dikenal diberbagai daerah di Indonesia, tentunya butuh perjuangan yang sangat berat. Bahkan kesuksesan ini tidak semudah yang dibayangkan semua orang. Apa rahasianya? “Cukup 4 kata SIBB, yaitu sabar, ikhlas, bersyukur dan bekerja keras,” katanya.
Kholid pun menjabarkan makna sabar artinya ketika gagal. Kemudian ikhlas ketika kehilangan yang memberi, dan bersyukur ketika diberikan lebih . “Bekerja keras, artinya saya harus tahu setiap jengkal yang ada di Kampung Coklat. Mulai dari pembangunan, pengembangannya, saya selalu damping baik siang hingga malam hari,” katanya.
“Serta berinovasi lebih, agar Kampung Coklat tetap diminati semua kalangan dalam bebagai suasana,” lanjutnya.
Kholid merasa tidak memiliki konsep khusus untuk mengelola Kampung Coklat yang dibawa kendalinya itu. “Tetapi kami ingin menciptakan suasana wisata yang berbeda, bisa dikunjungi dari berbagai kalangan bawah, menengah hingga atas. Menciptakan tempat nyaman untuk dikunjungi, mulai dari balita hingga lanjut usia,” ceritanya.
Jadi Konsep yang digunakan di sini adalah konsep yang sederhana namun istimewa, yakni perpaduan musik gaya klasik dan modern. Klasik bisa dilihat dari banyak bangunan yang terbuat dari kayu dengan gaya ukiran yang klasik. Sedangkan modern, pengelolaan perusahaan itu ditunjang dengan mesin-mesin modern.
Selain itu, juga bisa menjadi lokasi wisatan edukasi. Program ini bisa diikuti oleh berbagai kalangan dari usia anak hingga dewasa. Seperti tempat meeting, family gathering, pernikahan yang bisa diadakan di Kampung Coklat. Selain bisa berwisata juga bisa belajar di sini.
“Kami berharap kaum milenial saat ini, khususnya pemuda Nahdhdliyin lebih giat dan berinovasi dalam berwirausaha. Dengan adanya Kampung Coklat ini bisa menjadi motivasi untuk bekerja keras agar coklat bisa terkenal di dunia Internasional,” katanya.
“Harapan saya, jika sedang merintis usaha, atau sudah sukses, jadilah pengusaha yang bisa membesarkan Nahdlatul Ulama. Bahkan jika Anda sudah berada di lingkup Nahdliyin, sebaiknya Anda bisa meperbesar jaringan. Ketika sudah besar kembalikan manfaat untuk NU sendiri . Jadikan NU sebagai salah satu cara untuk memperluas usaha,” himbaunya. (Riamah).