Search

Keutamaan Do’a Seorang Bapak Pada Anaknya

Sebuah Hadis menyampaikan:

دُعَاءُ الْوَالِدِ يُفْضِي إِلَي الْحِجَابِ (رواه ابن ماجه)

“Do’a bapak itu menerobos tirai.” (HR. Ibnu Majah, Kitab Al-Jami’us Shaghier, hadis nomor 4198).

Hadis tersebut menunjukkan keutamaan do’a seorang bapak kepada anaknya. Banyak kisah penuh hikmah terkait do’a bapak untuk anaknya. Termasuk diantaranya adalah kisah-kisah seorang bapak yang sudah menghadap Illahi namun masih memberikan do’a untuk anaknya melalui isyarah mimpi.

Salah satu kisah penggugah hati tentang hal tersebut adalah yang dialami oleh Prof. KH. Ridlwan Nasir, seorang ulama yang juga mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Diceritakan dalam buku biografinya berjudul Menyongsong Takdir, Meniti Asa, bahwa beliau pernah melakukan rangkaian riyadlah saat masih nyantri di Tebuireng, agar dapat bertemu almarhum bapaknya, meskipun di dalam mimpi. Allah SWT kemudian mengabulkan keinginan KH. Ridlwan yang  saat itu masih usia bocah. Beliau kemudian dipertemukan dengan sosok bapaknya, yaitu KH. Muhammad Nasir, yang telah wafat saat KH Ridlwan baru dilahirkan, yaitu masih berusia 35 hari.

Dalam mimpinya yang jatuh tepat pada malam 29 Ramadlan, sang bapak terlihat mendatanginya dengan baju taqwa berwarna putih dan ikat kepala berwarna wulung (corak batik). Raut wajahnya terlihat cerah dan beliau berkata: “Hai Ridlwan, ini aku KH. Muhammad Nasir, ayahmu sendiri yang selalu kau cari.”

Baca Juga:  MENGENAL FOBIA SEKOLAH PADA ANAK

KH Ridlwan hanya berdiri terpana hingga kemudian sang bapak membuka mulut KH Ridlwan lalu meludahinya: “Ini saja saya beri kamu modal, semoga kamu diberi kelebihan oleh Allah SWT.” Bisik sang bapak dan memeluknya. Lantas sang bapak melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan KH Ridlwan. Spontan KH Ridlwan menangis dalam mimpinya karena dirinya belum sempat berbincang-bincang, namun sang bapak sudah hilang dari hadapannya. Namun isyarah dalam mimpi tersebut telah menunjukkan bahwa sang bapak telah mendoakannya meskipun berada dalam alam kehidupan yang berbeda.

Contoh lainnya adalah yang dialami oleh penulis sendiri, bahwa sang bapak yang telah mendahului, pernah mendatangi beberapa sahabat almarhum sang bapak melalui mimpi-mimpi mereka dengan memberikan isyarah berupa do’a untuk penulis sebagai anaknya.

Baca Juga:  Cinta Keluarga Modal Dasar Ketahanan Keluarga

Salah satu sahabat almarhum sang bapak yang ditemui dalam mimpi adalah Habib Idrus Al Jufri, seorang ulama yang saat 2020 lalu mewakafkan tanah sebagai Mushollah di bibir pantai desa Prancak Bangkalan, yang langsung berbatasan dengan laut Jawa.

“Lia (penulis, red.) adalah putri sahabat saya. Ayahnya, kiai Masykur Hasyim, adalah orang Soleh. Orang baik. Almarhum mendatangi saya dalam mimpi. Ingin saya mengajak Lia untuk berdoa di tempat ini. Beliau menyampaikan, kalau Lia punya acara ke luar kota, misalnya ke Probolinggo, harus dibatalkan agar bisa ikut saya hari ini. Ayahnya (alm. KH. Masykur Hasyim) menitipkan beberapa do’a yang khusus harus saya sampaikan kepada putrinya,” kisah Habib Idrus.

Hal ini bagi penulis sangat mengejutkan karena seharusnya agenda ke luar kota tidak diketahui oleh Habib Idrus. Namun hal tersebut disampaikan oleh sang bapak kepada Habib Idrus dalam mimpinya.

Bagi sang penulis, isyarah tersebut sangat menggugah hati. Karena penulis sendiri merasakan beberapa hikmah dalam kehidupan nyata. Penulis menemui beberapa pertolongan ataupun kemudahan yang dirasakannya sebagai bentuk do’a sang bapak yang tetap disampaikan meskipun dalam alam berbeda. Selain isyarah melalui mimpi para sahabat sang bapak, penulis juga beberapa kali ditemui almarhum sang bapak yang merupakan isyarah agar sang penulis tetap rajin bersedekah.

Baca Juga:  Hakikat Shalat Idul Fitri

“Beliau suka bersedekah, dan saya beberapa kali bermimpi bahwa beliau mendatangi saya dengan senyum cerah setelah saya memberikan sedekah kepada teman”.

Subhanallah, begitu banyak kisah inspiratif yang bisa ditemui setiap manusia. Allah SWT begitu adil kepada hambaNya dan alangkah mulia hati kita tatkala senantiasa bersyukur dan mengutamakan khusnudzon (prasangka baik). Dalam hal ini, Allah SWT tidak membeda-bedakan manusia. Tidak harus seseorang yang merupakan pemangku sebuah jabatan besar, sehingga ia-lah yang kemudian mendapatkan isyarah-isyarah kemuliaan. Namun siapapun, bahkan seorang bagian masyarakat biasa, juga bisa mendapatkan hak yang sama, yaitu menemui kisah inspiratif yang secara nyata dialaminya.

Maha suci Allah SWT atas segala firmanNya

Lia Istifhama, Ketua Perempuan HKTI Jawa Timur

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA