Majalahaula.id – Ada kesempatan manusia untuk berubah, sehingga beberapa pesantren juga menyediakan tempat khusus untuk para narapidana belajar agama. Seperti di Pondok Pesantren At-Taubah Semarang. Menyediakan tempat untuk narapidana.
Sekilas tidak ada yang berbeda dengan kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren At-Taubah Semarang ini. Namun, siapa sangka santrinya bukanlah masyarakat umum, melainkan para narapidana atau warga binaan yang menghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang.
Warga binaan secara rutin mengikuti kegiatan keagamaan layaknya di pondok pesantren pada umumnya. Selain itu, warga binaan juga dilibatkan untuk memimpin kegiatan keagamaan. Bekerja sama dengan Kementerian Agama Kota Semarang, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah dan stakeholder, pihak Lapas Kelas I Semarang mencetak pondok pesantren di dalam lapas untuk meningkatkan iman dan taqwa warga binaan.
“hampir 95 persen beragama Islam, sehingga kita dorong pembinaan ke bab kepribadiannya kita lebih tingkatkan lagi. Sehingga kita tidak mengenal lagi pesantren kilat, tetapi pesantren yang sesungguhnya dan selama-lamanya selama ada lapas,” jelas Tri Saptono Sambudji, Kepala Lapas Kelas I Semarang.
“Pembinaan kepribadiaan khususnya agama ini bisa secara utuh semuanya, dan mendapatkan hak yang sama,” tambahnya.
Pemerintah Kota Semarang juga mendukung berdirinya pondok pesantren di dalam lapas ini.
“Harus kita beri bekal, jangan sampai kapok ketika dilepas ya nanti mohon maaf nih, bisa kembali lagi. Sehingga diharapkan temen-temen ini bisa kuat menjalani di sini, kemudian juga semangat. Kami yang di luar ini tetap menerima teman-teman semuanya, asal mereka juga bisa menjadi masyarakat kembali, mempunyai juga kewajiban-kewajiban sebagai masyarakat,” kata Hevearita Gunaryanti Rahayu, Penjabat Wali Kota Semarang.
Diharapkan warga binaan yang bebas menjalani hukuman memiliki bekal agama yang bisa digunakan untuk membangun masyarakat dan keluarganya.
Profil Pesantren
Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham), Edward Omar Sharif Hiariej meresmikan Pondok Pesantren At-Taubah dan Pendalaman AL-Kitab Tumbuh Bersama Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang .
Ia menuturkan dengan adanya Sekolah Al-kitab untuk pengembangan pendalaman al kitab ini, dapat mengajarkan nilai kehidupan dan kebernaran bagi narapidana umat kristiani. Dengan bersungguh-sunggih memahami al-Kitab, tentu narapidana akan lebih dekat dengan Tuhan. Begitupun dengan pesantrean At-Taubat.
Wadah ini dijadikan momen yang apik untuk memperbaiki diri. Dengan belajar mengaji, narapidana bisa membawa hidup ke arah lebih baik. “Saya yakin semua warga binaan di sini bukan penjahat, melainkan hanya tersesat. Untuk itu, adanya dua wadah ini harus dimanfaatkan betul semaksimal mungkin,” katanya.
Edward berharap, warga binaan dapat mengikuti berbagai kegiatan ini dengan baik dan ikhlas. Selain untuk manfaat di Lapas, juga sebagai bekal agar setelah keluar nanti dapat bergabung kembali dengan masyarakat. “Semoga apa yang dilakukan disini ini bisa dicontoh lapas lain,” kata dia. Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, A. Yuspahruddin menambahkan, peresmian program ini merupakan optimalisasi pembinaan kepribadian yang ada di Lapas Semarang. Kegiatan yang telah berjalan dua bulan ini diharapkan dapat menjadi program yang lebih maju dan berkembang. Dy