Surabaya, AULA – Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur menggelar diskusi online dengan tema ‘penguatan akidah ahlussunah wal jamaah an nahdliyah’ pada Jumat, 29 Januari 2021.
Diskusi yang dimulai pukul 19.15-21.15 WIB itu dibuka dengan istighotsah selama 5 menit, dilanjutkan dengan sambutan Ketua PW ISNU Jatim, Prof. M. Mas’ud Said, MM., Ph.D sementara Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, M.Ag hadir sebagai pengisi materi tersebut.
Forum diskusi itu semakin meriah dengan diikuti ketua banom, lembaga, Lajnah PW LNU Jatim, pengurus PW ISNU, ketua –sekretaris PC ISNU Se-Jawa Timur. Kemudian, kader MKNU I-IV ISNU Jatim, dan kader Duta ISNU Jatim 2019.
Prof Mas’ud sapaan akrab Prof. M. Mas’ud Said, MM., Ph.D menyampaikan organisasi yang anti NKRI, atau organisasi yang kulturalisme secara formal oleh pemerintah memang sudah diberhentikan. Namun, ia mengajak kepada banom dan lembaga lain untuk memperdalam, saling memperkuat ajaran ahlussunah wal jamaah an nahdliyah.
“Kita tetap harus hati-hati, karena ideologi tidak pernah mati dalam waktu semalam. Kebencian yang mendalam pada pemerintah, pada NU, saya yakin tidak berhenti. Oleh sebab itu, kita juga tidak boleh berhenti dalam memperdalam, memperkuat akidah ahlussunah wal jamaah an nahdliyah ini. Agar ke depan kita bisa menguatkan gerakan-gerakan ini,” ungkapnya.
Prof Mas’ud lebih lanjut mengungkapkan telah berjanji akan masif mengajak sahabat banom dan lembaga lainnya untuk bersinergi, bekerjasama, melalui 7 program-program ISNU.
“Kegiatan yang kita lakukan adalah pengkaderan sejak 2019- 2020, total sudah empat kali menggelar acara pengkaderan. Di antaranya, di Pesantren Sunan Drajat Lamongan, Pesantren Ulul Albab Nganjuk, Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, dan Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo,’’ paparnya.
Sementara Ketua PWNU Jatim, Kiai Marzuki meminta agar pengurus dan kader NU berkomitmen dan setia pada NU dan NKRI. Kiai marzuki ingin semua kader NU bisa memperkuat barisan di berbagai bidangnya masing-masing di semua lini.
“Kader NU di mana pun, baik di PWNU, di lembaga ma’arif, di kampus, tetap memegang akidah ahulus sunah wal jamaah. Kata Mbah Hasyim Asyari, NU itu anggotanya orang muslim, taat beribadah dan mengikuti salah satu mazab empat. Akidahnya mengikuti Asyariyah, maturidiyah,” jelasnya.
“Ada salah satu pasal yang menyebut, barang siapa kader NU yang melakukan pelanggaran misalnya berpendapat, berfatwa, bersikap menyebrang mazab empat, bersikap nabrak asyariyah, maturidiyah, tidak menyetujui ADART, maka orang itu bisa diamputasi setelah diproses. Begitu pentingnya memegang ajaran ahlus sunah wal jamaah, karena itu menjadi tolak ukur apakah kader ini tetap di NU atau di keluarkan,” tegas Pengasuh Pesantren Sabilur Rosyad Gasek Malang itu.