Search

Ketua PWNU Kalsel Ingatkan Pesan Jas Merah

Banyak yang harus dipelajari dari perjalanan sebuah bangsa. Sejarah yang telah terjadi menjadi penting untuk dipelajari dan dijadikan pijakan untuk melangkah di masa depan.

Hal itu juga yang disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan (Kalsel) H Abdul Hasib Salim. Dirinya mengingatkan makna pidato Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno berjudul Jas Merah atau jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Ia mengingatkan itu usai mengenang 52 tahun meninggalnya Presiden Republik Indonesia (RI), Soekarno di Sekretariat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Kalsel, Kamis (23/06/2022).

“Sebab dari sejarah itulah kita bisa banyak belajar untuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik,” katanya.

Baca Juga:  Aksi Farel di Hari Jadi Jatim Ditunda karena Tragedi Kanjuruhan

Dirinya mengungkap pidato jas merah sebagai kelanjutan pidato Bung Karno berjudul “Nawaksara” 22 Juni 1966. Nawaksara sebuah judul pidato Soekarno dalam Sidang Umum ke-IV Majelis Permusyawatan Rakyat Sementara (MPRS) RI padal 22 Juni 1966.

“Intinya Presiden Soekarno sebagai pertanggungjawabannya atas sikapnya dalam menghadapi Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia menolak menyebut gerakan itu dengan nama tersebut,” katanya.

Sesudah 17 Agustus 1966, Presiden Soekarno tidak lagi menyampaikan pidato kenegaraan yang sekaligus merupakan nota keuangan/Rencana Anggota Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun mendatang.

Ketua Yayasan Rasjidish Chalidiah (Racha) Amuntai ini membenarkan salah makna jas merah sebagai makna jangan melupakan jasa atau pemikiran para pendahulu republik ini.

Baca Juga:  Lima Agenda Rapat Pleno PWNU Jawa Timur dan Musyawarah Alim Ulama

“Mungkin tanpa pemikiran dan perjuangan para pendahulu tersebut sampai sekarang Indonesia belum merdeka dari penjajah,” katanya.

Disampaikan bahwa inti pokok dari pidato Bung Karno berjudul jas merah itu harus banyak belajar pada sejarah. Sedangkan yang kedua jangan lupa para pendahulu.

Sementara orang bijak bilang, suatu bangsa itu akan maju manakala tidak melupakan sejarah atau para pendahulu, sebagaimana pernyataan Presiden United Soviet Socialis Republuc (,USSR) Josef Stalin.

(Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA