Satgas Waspada dan Siaga Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan tak merekomendasikan vaksinasi Covid-19 dosis keempat. Sebab, kata dia, cakupan vaksinasi dosis ketiga (booster) di Indonesia masih rendah.
“Kalau kita lihat angka capaian saat ini adalah 23 persen, harusnya ini dulu yang ditingkatkan. Jangan buru-buru booster (dosis keempat),” kata Erlina, Selasa (21/06/2022).
Erlina mengatakan, sebaiknya pemerintah meningkatkan cakupan vaksinasi dosis ketiga di seluruh daerah. Ia juga mengingatkan, vaksinasi Covid-19 bukan satu-satunya upaya dalam penanganan Covid-19.
“Karena vaksinasi kan bukan segala-galanya juga tetap harus ada upaya lain, prokes utamanya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Erlina mengatakan, jika vaksinasi dosis keempat tetap dilaksanakan, sebaiknya memprioritaskan tenaga kesehatan (nakes) yang langsung menangani pasien Covid-19.
“Tapi saya rasa kita fokus ke booster yang pertama ini dulu,” ucap dia.
Wacana vaksinasi Covid-19 dosis keempat yang disampaikan pemerintah dinilai belum terlalu dibutuhkan karena landasan ilmiah yang ada menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan.
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman mengatakan, menurut data dari Israel yang paling awal memberikan dosis keempat memperlihatkan tidak ada dampak yang sangat signifikan dari sisi proteksi terhadap Covid-19 dibandingkan dengan vaksin dosis 3.
“Peningkatannya sedikit sekali. Nah berarti dosis 3 sudah cukup. Nah, ini yg menjadi pertentangan karena datanya belum solid,” kata Dicky.
Saat ini negara-negara yang memberikan vaksin dosis keempat antara lain Amerika Serikat, Kanada, Israel, dan Korea Selatan. Akan tetapi, pemberian vaksin Covid-19 dosis keempat di AS bukan menjadi kebijakan resmi negara tetapi hanya dilakukan sejumlah negara bagian.
Beberapa negara bagian di Australia juga menjalankan kebijakan pemberian vaksin Covid-19 dosis keempat secara mandiri. Namun, di hampir semua negara maju nampaknya memang akan dilakukan, terutama untuk kelompok berisiko dan tenaga kesehatan.
“Bahkan di negara-negara berkembang di ASEAN terutama Thailand dan Kamboja itu wacananya semakin kuat untuk memberikan ini terutama kepada nakes mereka,” ucapnya.
(Ful)