Menyebut nama pesantren yang begitu panjang, Miftahul Ulum Al Yasini, banyak orang merasa sulit. Karena itulah orang lebih mengenal nama belakangnya saja, Pondok Al Yasini, atau Pondok Areng-areng. Meski hanya nama singkat, namun kebanyakan orang sudah paham pesantren yang dimaksudkan adalah asuhan KH A Mujib Imron, SH, yang terletak di Desa Areng-areng. Saat ini Pesantren Al Yasini mengasuh sekitar 550 santri putra-putri yang tinggal di pesantren dan 1.110 santri lainnya yang tidak mukim di pesantren.
Memasuki areal pesantren Al Yasini, pemandangan pertama yang bisa dilihat adalah indahnya alam sekitar pesantren. Betapa tidak, bangunan pesantren yang berdiri sejak tahun 1940 itu dipisahkan oleh sungai yang cukup besar. Airnya yang selalu jernih itu setiap waktu mengaliri kawasan pesantren Gemericik air yang terantuk batu turut menambah rasa nikmat tersendiri saat berada di pesantren. Terbayang seakan berada di daerah pegunungan yang dikelilingi hamparan sawah yang luas.
Mungkin karena itulah banyak orang tua menitipkan anaknya di pendidikan yang dikelola Al Yasini. Sebagaimana diketahui, meski tetap mempertahankan statusnya sebagai pesantren salaf, namun Al Yasini juga menyelenggarakan beberapa pendidikan umum. Tak heran jika ada beberapa unit sekolah formal di tempat itu. Mulai dari TK, RA, SD, MI, MQ. MA dan MAPK “Setiap santri yang menempuh pendidikan umum diwajibkan menempuh diniyah sore harinya di sini. kata KH A Mujib Imron, pengasuh pesantren Al Yasini saat ditemui AULA di rumahnya.
Lebih lanjut, kata menantu KH Najib Wahab (alm) Tambakberas ini, pendidikan di Pondok Al Yasini memadukan unsur salaf dan modern Metode salaf dengan mengkaji kitab-kitab gundul tetap dilestarikan. Sedangkan metode modern dengan sekolah sistem klasikal juga diikuti. “Visi Al Yasini adalah ingin kader ulama berwawasan global dan bermoral,” kata Gus Mujib-begitu ketua PCNU Pasuruan ini biasa disapa.
Karena tujuan yang begitu mulia itulah semua santri Al Yasini selalu menjalani pendidikan sistem full day school (sekolah penuh seharian) Pagi menempuh pendidikan formal, setelah dzuhur sekolah diniyah, dan malam mengaji kitab.Soal Al Yasini yang membuka diri terhadap pengetahuan umum (tidak seperti kebanyakan pesantren di Pasuruan). Gus Mujib punya ukuran tersendiri. “Yang penting, jangan sampai prinsip pondok menjadi hilang, dan kita bisa mengambil hal-hal yang baik dari sana.”
Pondok Pesantren Miftahul Ulum (tanpa Al Yasini) didirikan oleh KH Yasin Abdul Ghoni pada tahun 1940. Terletak di Desa Areng-areng, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan. Kiai Yasin kala itu dikenal masyarakat sebagai ahli dalam bidang ilmu kalam dan ilmu ketabiban. Meski namanya sudah dikenal masyarakat luas, namun pesantren yang didirikan kala itu masih berbentuk musholla. Di situlah Kiai Yasin menampung anak-anak yang datang untuk mengaji kepadanya.
Di tangan KH Imron, pesantren ini mulai menunjukkan gairahnya menatap cahaya mentari. Para santri mulai berdatangan, meski tidak banyak jumlahnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Banyaknya santri yang datang membawa suasana tersendiri di pesantren Apalagi Kiai Imron memiliki pandangan jauh kedepan. Salah satunya, ia sudah melihat pentingnya pendidikan santri lewat madrasah.