Tidak ada proses perjuangan yang mudah dalam berdakwah. Semua pelaku sejarah mengalami ujiannya masing-masing. Apalagi untuk mendirikan pondok pesantren, di tengah himpitan para penjajah. Namun kebesaran tekad pendahulu, mampu membuat Ponpes Qomarul Hidayah berdiri kokoh hingga sekarang.
Sore itu terlihat para santri sedang duduk-duduk di teras, mereka terlihat membaca dzikir dengan lirih. Dengan mata yang terpejam. Disisi lain ada santri menyapu halaman, saat itu ia mencoba
Pondok Pesantren Qomarul Hidayah yang terletak di Jalan Raya Trenggalek-Ponorogo Gondang Tugu Trenggalek. Sama seperti pesantren-pesantren yang lain. Menyimpan kisah kelucuan tingkah laku para santri. Begitulah pula yang dirasakan oleh Gus Syaiful Mahbub putra dari Hj. Zumrotun Nasihah pengasuh pesantren. Yang setiap hari membantu ibundanya mengajar para santri dengan beragam karakteristik.
“Dulu biasanya anak-anak yang sudah tidak terima di sekolah yang lain atau di pondok yang lain, ada sistem pasrah dari wali. Biasanya tetap bisa diterima di pesantren ini. Lembaga kami bahkan ada yang pernah pindah sampai lima kali. Jadi selama sekolah itu sudah pernah pindah dari yang pondok dan dari yang umum. Alhamdulillah Ketika masuk pesantren kami dari yang awalnya banyak kekurangan, sampai saat ini bisa lulus baik di sekolah maupun di pesantrennya,”aku pria kelahiran Trenggalek 14 Februari 1986 ini.
Bagi pria dengan sapaan Gus Adib ini, mengajar siswa baik untuk menjadi baik adalah hal biasa. Tetapi menerima santri yang sudah tidak bisa diterima di tempat lain. Kemudian menjadikannya seseorang yang unggul dan berhasil, itu adalah keberhasilan yang sesungguhnya.
Memang lembaga pendidikan memiliki fungsinya masing-masing. Begitulah yang diterapkan di pesantren Qomarul Hidayah. Sehingga mampu menerima keunikan sifat santrinya dari mulai usia Paud hingga jenjang SMA.
Untuk itu perlu adanya pembentukkan kurikulum yang inovatif. Lulusannya di pesantren ini diharapkan memiliki skill dunianya tanpa meninggalkan kemampuan agamanya. Jadi bisa lulus secara formal, dengan kemampuan agamanya tetap di nomor satukan. Karena tidak ada santri nakal dan santri bodoh di pesantren ini, hanya ada yang sama-sama mencari ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum.
“Jadi ibaratnya ya jadi sarjana ya bisa ngaji, ya pengusaha ya bisa ngaji, polisi ya bisa ngaji dan sebagainya. Alhamdulillah mayoritas banyak juga dari alumni yang sudah di kepolisian, jadi polisi dan tentara. Menurut laporan juga lebih, ibaratnya sudah sak kompi yang kodim koramil,” tutur lulusan Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri ini.
Untuk kegiatan entrepreneur di pesantren Qomarul Hidayah, ada pelatihan santri untuk mengelola pertanian. Pengelolaan dibuat dalam bentuk koperasi, untuk menampung hasil-hasil pertanian warga sekitar pesantren. Kemudian pesantren juga sudah memiliki sawah dan peternakan. Mulai dari budidaya Lele, Sapi, Kambing, dan Ayam. Semua usaha ini dikelola oleh santri. Jika sudah ada hasilnya laporan akan diteruskan ke pengasuh, dengan keuntungan untuk pengembangan pesantren dan santri.
Seputar Pesantren
Layaknya pesantren tua lainnya. Pasti sudah banyak melahirkan para alumni yang berhasil dan menorehkan banyak prestasi. Diantaranya dalam bidang olahraga pernah mengikuti liga santri regional 3 meraih juara 3, pernah juga menjadi juara 4. Kegiatan umum lainnya selain keagamaan juga sudah banyak meraih juara, baik tingkat regional maupun nasional.
Gus Adib yang sekarang menjadi Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (Gp) Ansor Kecamatan Tugu menjelaskan, prestasi yang didapatkan santri tidak lepas dari sistem pembelajaran yang diterapkan. Jika dari segi pembelajaran keagamaan di pesantren, untuk pembelajaran Madrasah Diniyah terutama pada sistem ngaji kitab kuning menggunakan klasikal. Sama dengan pengajaran di pesantren salaf lainnya.
“Di Madrasah Diniyah sistemnya dibacakan, kemudian santri disuruh membaca, termasuk disuruh murotal atau menerjemah. Kemudian diminta untuk belajar menerangkan kepada temannya. Anak lebih diajar dengan mengajar, jadi tidak hanya guru yang statusnya sebagai orang yang menerangkan. Jadi santri diajarkan untuk menerangkan dengan pemahaman masing-masing,”tutur Wakil Ketua PC Ishari NU Trenggalek 2019 ini.
Dirinya menjelaskan, kalau pembelajaran madrasah diniyah atau pembelajaran pondok dimulai dari dari hafalan tingkat dasar. Kemudian ada pembelajaran khas Trenggalek, namanya Nahwu Jowo itu hafalan, kitab, dan yang lain seperti imriti atau alfiyah. Seperti pesantren salaf yang lain itu tetap diajarkan dan mulai hafalan imriti, alfiyah dan lainnya.
Kemudian untuk pembelajaran umum diteruskan di sekolah. Seluruh santri yang mondok di pesantren ini wajib sekolah di dalam pesantren. Dengan ini pengawasan dan pembagian kurikulum akan lebih seimbang. Mengingat jumlah santri di pesantren Qomarul Hidayah tidak terlalu banyak. Jadi lebih mudah untuk diawasi langsung di dalam pesantren.
“Jumlah santri di pesantren saat ini yang mukim sekitar 500an. Kalau sebelum pandemi hampir di angka 400 an untuk siswa baru yang masuk. Jika dihitung total siswa dari yang paud sampai yang kuliah mungkin sekitar 1500,”tegasnya.
Dya