Search

Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak, Memiliki Peran Penting Memajukan Ilmu Pendidikan

Pondok Pesantren Futuhiyyah, terletak di kampung Suburan Barat, Desa Mranggen, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak Jawa Tengah, 200 meter dari jalan raya Semarang – Purwodadi, KM 13,5 Menempati areal seluas 1.85 Ha. berada di tengah-tengah perkampungan.

Dilansir dari Laduni.id, Pesantren Futuhiyyah didirikan oleh KH. Abdurrahman ibn Qosidil Haq pada tahun 1901 ini telah memainkan peran penting dalam memajukan dunia pendidikan masyarakat yang pada gilirannya turut berdampak pada perubahan sosial, politik ekonomi, hukum dan bidang strategis lainnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam laman yang ditulis Budi tersebut memaparkan, K.H. Abdurrahman ibn Qosidil Haq merupakan ulama asli Mranggen sebagai keturunan Pangeran Wijil II atau Pangeran Noto Negara II, dan Kepala Perdikan Kadilangu Demak serta sesepuh ahli waris dzurriyah Kanjeng Sunan Kalijaga Kadilangu Demak.

Baca Juga:  ID FOOD Ciptakan Avatar Teknologi Digital SIMA untuk pengelolaan Aset Perseroan

Pesantren Futuhiyyah pada awalnya lebih masyhur dengan sebutan Pondok Suburan Mranggen. Hal ini disebabkan pada zaman dahulu pesantren umumnya didirikan tanpa diberi nama, kecuali disesuaikan dengan nama kampung atau desa di mana pesantren tersebut berdiri, seperti Pondok Serang, Pondok Lasem, Pondok Tremas, dan tidak terkecuali Pesantren Futuhiyyah yang terletak di Desa Suburan Mranggen.

Nama Futuhiyyah sendiri baru muncul sekitar tahun 1927 atas usul K.H Muslih Abdurrahman saat kakaknya yakni K.H Usman Abdurrahman mendirikan madrasah atas perintah dan persetujuan dari K.H Abdurrahman selaku ayahnya yang sekaligus sebagai pengasuh utama.

Kurikulum Pendidikan

Kurikulum yang digunakan di pendidikan formal tersebut mengacu kepada kurikulum Kementerian Agama RI untuk MI, MTS dan MA. Sedangkan untuk SLTP dan SMA menggunakan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional RI (saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI).

Baca Juga:  RMINU Minta Warga Tak Samaratakan Seluruh Ponpes

Khusus untuk Madrasah Aliyah 1, di samping menggunakan kurikulum Kementerian Agama RI juga menggunakan kurikulum pesantren. Meski demikian kurikulum Kementerian Agama RI menempati porsi lebih banyak.

Pendidikan Non Formal yang ada di pesantren diantaranya, Madrasah Diniyah, Tahfidzul Qur’an dan Tahassus Pendalaman Kitab Kuning.

Sebagai pesantren yang menggunakan antara ciri salaf dan khalaf, Pesantren Futuhiyyah masih tetap mempertahankan ciri khas pesantren salaf. Ciri khas itu antara lain pengajian kitab-kitab kuning dengan metode sorogan atau bandongan.

Secara garis besar, kegiatan Pesantren Futuhiyyah dapat diuraikan sebagai berikut, Pengajian al-Quran bin nadhor dan bil ghoib, Pengajian kitab kuning, Muhadhoroh Madrasah Diniyah Salafiyah Futuhiyyah (MDSF), Ta’limul khitobah, Maulid diba’ al-barzanji dan simtudduror, Manaqib Syaikh Abdul Qodir Al Jailani r.a, Ziarah kubur masyayikh, Pelatihan organisasi (ASSIFA) dan Pengajian Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA