Majalahaula.id – Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir mengunjungi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, pada Senin (16/12/2024).
Kehadirannya disambut langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Sidrotun Naim. Dalam kunjungan itu, Dubes Lakhdhir membahas penguatan kerja sama dalam penyelenggaraan dialog lintas agama dengan PBNU. Ia menyebut, Gus Yahya sebagai pemimpin dialog lintas agama global.
“Kami membicarakan dialog antaragama. Gus Yahya adalah pemimpin dialog lintas iman secara global yang telah bekerja sama dengan orang Amerika dan negara-negara lain. Jadi, kami juga mendiskusikan tentang pendidikan, kesejahteraan sosial, dan kiprah yang PBNU lakukan di Indonesia,” ujar Lakhdhir.
Ia berpendapat, Amerika dan Indonesia memiliki kesamaan dalam hal keberagaman masyarakat.
“Kami memiliki multi-aspek dan berbagai agama, dan saya kira kami membicarakan tentang semua agama serta bagaimana pemeluk agama memiliki tanggung jawab penting dalam pertahanan kemanusiaan untuk kesejahteraan sosial,” ujarnya.
Ia juga menyebut peran aktif pemuda dalam diskusi terkait isu yang sulit sangat diperlukan sekaligus merupakan tantangan yang perlu dihadapi.
“Tantangannya adalah bekerja sama dengan generasi muda, bekerja sama dengan komunitas-komunitas sehingga mereka bisa memahami bahwa mereka punya peran dalam berterus terang pada pembicaraan yang jujur terkait isu-isu yang sulit,” jelasnya.
Senada, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Sidrotun Naim menyampaikan bahwa unsur kemanusiaan terdapat dalam seluruh agama dan perlu menjadi solusi atas berbagai konflik dan krisis yang tengah terjadi.
“Secara khusus kami tidak menyebutnya Humanitarian Islam tetapi diskusinya memang semua agama itu ada aspek humanitariannya, agama apa pun sehingga ini harus menjadi bagian dari solusi,” jelasnya.
Hal tersebut dilandasi realita konflik yang terjadi pada hari ini seolah berbasis agama. Padahal ada kemungkinan isu yang sebenarnya memicu bukan soal perbedaan agama, tetapi isu lain yang lebih fundamental seperti sosial-ekonomi dan lainnya.
Naim juga menjelaskan bahwa Dubes Amerika dan Ketum PBNU membahas kerja sama yang telah terjalin dan akan dilanjutkan antara kedua belah pihak.
“Tentu kalau bisa ada kerja sama antara PBNU dengan masyarakat Amerika misalnya dalam hal pendidikan, narasumber, guru bahasa inggris,” ujar Naim.
“Jadi akan lebih banyak orang Amerika yang mengajar bahasa Inggris di Indonesia juga tentu pertukaran intelektual,” pungkasnya.