Search

KH. Yazid Karimullah: Kiai Arsitek
Oleh: Saini

Majalahaula.id – Di tengah hiruk-pikuk dunia arsitektur modern, sulit membayangkan seseorang tanpa pendidikan formal mampu merancang bangunan-bangunan megah yang mengesankan. Namun, itulah yang dilakukan KH. Yazid Karimullah, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qarnain, Jember. Sebagai sosok yang dikenal tidak hanya dalam hal keilmuan agama, KH. Yazid (sapaan akrabnya) juga memiliki kemampuan luar biasa dalam dunia arsitektur, meski tanpa gelar arsitek. Setiap sudut bangunan di pesantrennya adalah hasil dari tangan dan pemikirannya.

Pesantren Nurul Qarnain bukan sekadar tempat belajar ilmu agama. Pesantren ini juga menjadi cerminan kepiawaian KH. Yazid dalam merancang struktur bangunan. Bangunan-bangunan yang tertata rapi, posisi yang strategis, hingga detail-detail kecil seperti arah bangunan, menunjukkan keunikan tersendiri yang tidak mudah ditemukan di pesantren lain di Jember. Tidak berlebihan jika banyak yang menyebut Pesantren Nurul Qarnain sebagai “karya arsitektur unik” di bawah komando sang kiai.

Sejak mondok, KH. Yazid telah menunjukkan bakat dan kecintaannya pada dunia pertukangan. Bahkan sejaka di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo inilah, ia sering membantu proses pembangunan pesantren bersama KHR. As’ad Syamsul Arifin, sang guru, KH. Yazid menimba ilmu, tidak hanya dalam bidang agama, tetapi juga keterampilan yang jarang dimiliki para kiai: membangun dan merancang bangunan.

Di tangan KHR. As’ad-lah, jiwa arsitek KH. Yazid mulai tumbuh. Ketika kembali ke pesantrennya di Jember, ia membawa keterampilan tersebut dan menerapkannya untuk membangun Pondok Pesantren Nurul Qarnain. Gaya dan tata letak pesantren ini menjadi cerminan pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, dengan sentuhan personal KH. Yazid. Tiap sudut bangunan, mulai dari pemilihan lokasi hingga material bangunan, menunjukkan kedalaman pemikiran arsitekturalnya.

Baca Juga:  Mahfud MD Respons Masuk Bursa Cawapres

Bahkan diberbagai kesempatan, terutama pada saat peresmian gedung asrama dan kampus Ma’had Aly Nurul Qarnain, beliau mengatakan:

“ini adalah fotocopy dari Ma’had Aly Sukorejo, mulai dari bangunannya, ukuran mushallanya dan tata letak posisi bangunan sama persis dengan Ma’had Aly Sukorejo, karena saya menginginkan Ma’had Aly Nurul Qarnain sama persis dengan yang bangun oleh Kiai As’ad Syamsul Arifin” tegas beliau

Yang membuat kagum, KH. Yazid tidak hanya memberi instruksi. Ia turun langsung ke lapangan, mengawasi proses pembangunan, bahkan turut bekerja bersama para tukang. Bukan hal asing jika melihat sang kiai mengenakan pakaian sederhana, tangan kotor oleh semen, dan tubuhnya penuh peluh, mengangkat bata dan menyusun tembok. Semua dilakukan dengan dedikasi tinggi, meski beliau tidak memiliki gelar resmi sebagai arsitek.

Tamu-tamu yang datang ke Pesantren Nurul Qarnain seringkali terkejut tidak menemukan KH. Yazid di dhalem atau kediamannya. Mereka yang datang pada jam kerja biasanya diberitahu bahwa kiai sedang mengawasi pembangunan. Tidak jarang pula beliau menerima tamu di area pembangunan, di tengah hiruk pikuk suara alat bangunan dan pekerja. Haris Kurniawan, salah satu santri khadam beliau, menuturkan bahwa setiap hari hampir bisa dipastikan KH. Yazid ada di lokasi pembangunan.

“Banyak yang tidak menyangka kalau pengasuh pesantren ini juga turun tangan dalam setiap proyek pembangunan. Beliau tidak hanya mengarahkan, tapi benar-benar ikut bekerja,” ujar Haris.

Bagi para santri, hal ini bukan pemandangan yang asing. KH. Yazid menjadi teladan bagi mereka, bukan hanya dalam hal ilmu agama, tetapi juga dalam etos kerja yang luar biasa.

Baca Juga:  UIN Walisongo Konsisten Sinergikan Kegiatan Dzikir, Mengaji dan Silaturrahmi

Sikap rendah hati KH. Yazid membuat banyak orang kagum. Meski sudah menjadi tokoh besar di Jember, bahkan di tingkat Nasional ia tetap menjunjung tinggi nilai kerja keras dan disiplin. Tidak jarang ia menanam sendiri batu bata atau memastikan pondasi bangunan sudah sesuai dengan standar yang ia inginkan. Semua ini menunjukkan betapa seriusnya KH. Yazid dalam menjaga kualitas pembangunan pesantrennya.

Bagi KH. Yazid, membangun pesantren bukan hanya soal fisik bangunan, tapi juga menata masa depan para santri. Setiap bangunan yang ia rancang memiliki filosofi dan visi besar: menciptakan ruang belajar yang nyaman dan mendukung perkembangan spiritual serta intelektual para santri. Arsitekturnya tidak hanya indah dipandang, tetapi juga fungsional dan penuh makna.

Pesantren Nurul Qarnain telah berkembang pesat di bawah kepemimpinan KH. Yazid. Setiap kali ada proyek pembangunan baru, KH. Yazid selalu terlibat penuh. Ia memiliki pandangan bahwa pesantren harus menjadi tempat yang ideal bagi generasi muda untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun keterampilan hidup. Hal ini terlihat dari upaya KH. Yazid yang tidak hanya membangun ruang-ruang kelas, tetapi juga fasilitas pendukung lain seperti asrama yang nyaman, masjid yang megah, dan area olahraga.

Meski tanpa ijazah formal sebagai arsitek, hasil karya KH. Yazid dapat bersaing dengan karya arsitek profesional. Pesantren yang ia bangun menjadi salah satu ikon arsitektur unik di Jember, dan sering dikunjungi oleh tamu-tamu dari berbagai daerah yang ingin belajar dari kepemimpinannya. KH. Yazid tidak hanya membangun pesantren dari segi fisik, tetapi juga membangun jati diri dan moral para santrinya melalui keteladanan.

Baca Juga:  Clint Shoemake Kagumi Gus Dur dan Pesantren Tebuireng

Kepemimpinan KH. Yazid yang hands-on dalam setiap aspek kehidupan pesantren menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia menunjukkan bahwa dengan niat yang kuat, kerja keras, dan ketulusan, seseorang bisa mencapai hal-hal besar. Sosoknya mengajarkan bahwa keterampilan dan pengetahuan bisa datang dari mana saja, termasuk dari pengalaman hidup sehari-hari.

Lebih dari sekadar arsitek bangunan, KH. Yazid adalah arsitek kehidupan para santri. Setiap batu bata yang ia susun tidak hanya membentuk tembok, tetapi juga membentuk karakter, keimanan, dan masa depan para santri yang kelak akan meneruskan perjuangan dakwah di tengah masyarakat.

Dengan segala keterbatasannya, KH. Yazid telah membuktikan bahwa gelar akademis bukanlah penentu utama keberhasilan seseorang. Ijasah bukan tidak penting tetapi bukan tujuan utama dalam pendidikan melainkan hanya wasilah saja. Keberhasilannya membangun Pondok Pesantren Nurul Qarnain dan pengaruh positif yang ia berikan kepada santri-santrinya menunjukkan bahwa kesungguhan hati dan kerja keras adalah kunci sejati menuju kesuksesan.

KH. Yazid Karimullah, sang kiai arsitek, telah menjadi bukti hidup bahwa siapa pun bisa meraih pencapaian besar asalkan memiliki tekad, ketekunan, dan kecintaan terhadap apa yang mereka lakukan. Sosoknya akan terus menjadi inspirasi bagi generasi muda, baik sebagai pemimpin pesantren maupun sebagai arsitek kehidupan yang sesungguhnya.

Saini, Penulis adalah Alumnus Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo yang sekarang mengabdi sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nurul Qarnain Jember

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA