Majalahaula.id – Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Gresik kembali menghadirkan Suluk Kebudayaan ke-3 di tengah bulan suci Ramadan 1445 Hijriah.
Suluk Kebudayaan 3 Lesbumi NU Gresik dengan tema “Teroka Budaya: Wirid, Hizib, Wifiq dan Rajah” kegiatan ini berlangsung pada Selasa (19/3/2024) malam, bertempat di Auditorium Yayasan Baituz Zahid Banyutengah Kecamatan Panceng Gresik.
Sebelum ngaji Suluk Budaya dimulai, lebih dahulu penggawa dan peserta yang hadir mengikuti ngaji kitab kuning Khozinatul Asrar yang diasuh oleh Gus Zaimuddin dari Pondok Pesantren Al Karimi Tebuwung. Kitab ini memiliki materi yang cukup ruah berkenaan dengan penggunaan, pengamalanya Wirid, Hizib, Wifiq dan Rajah.
Sementara itu, Suluk Budaya menghadirkan sejumlah narasumber antara lain; Kiai Sholihuddin, Gus Zaimuddin, M. Ibrahim Dzurunain dan Diaz Nawaksara. Secara bergantian, narasumber membagikan wawasan dan pengetahuannya berkenaan dengan wirid, hizib, wifiq dan rajah.
Ketua pengasuh Yayasan Baituz Zahid Banyutengah Panceng, Kiai Sholihuddin mengatakan, terdapat tiga hal untuk mengamalkan wirid. Pertama, harus Istiqomah berkelanjutan terus menerus. Kedua, disamping itu menambah power atau meningkatkan keyakinan terhadap wirid tersebut. Ketiga, wirid yang sudah menjadi bagian kekuatan di dalam diri seseorang maka harus bermanfaat untuk membantu orang lain.
Hal yang lain disampaikan oleh Ibrahim Dzunurain atau Cak Roin Budayawan Gresik yang menjelaskan tentang penggabungan wirid dan jurus Asmaul Husna.
“Wirid dapat memberikan energi luar biasa bagi tubuh. Di bidang kesenian, ketika seseorang memeragakan sebuah tari maupun teater serta disertai dengan wirid hal ini akan menjadi kekuatan batin di dalam tubuh,” ujarnya.
Sedangkan, Diaz Nawaksara mengupas terminologi sejarah tentang wirid, hizib, wifiq dan rajah. Ia mengatakan keempat hal ini mulai masuk ke Indonesia melalui gerakan sufi dengan berbagai macam dinamika pergerakan serta perkembangan nama seperti klenik terutama istilah magis yang berasal dari persia asal mula kata Magu.
“Kalau seseorang yang sudah dikatakan Magu adalah sama dengan penasehat Raja hal ini penting untuk diketahui perkembangan wirid, hizib, wifiq dan rajah,” ungkapnya.
Adapun moderator kegiatan Suluk Kebudayaan ke-3 ini dipandu oleh Ali Imron. Sekitar 50 orang hadir merespons dan antusias mengikuti acara tersebut. Terlihat hadir pula di tengah forum sarasehan ini anatara lain ketua Tanfidziyah MWCNU Panceng Kiai Moh Halim, Ketua PC Lesbumi NU Gresik Lukmanul Hakim, sejumlah perwakilan banom NU, mahasiswa dan pemerhati budaya.