Majalahaula.id – Beras premium langka di sejumlah toko ritel modern bahkan pedagang pasar ikut menjerit lantaran harga beras terus meroket. Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) pertama kali bersuara terkait stok beras di sejumlah ritel menipis.
Menurut Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey kelangkaan beras terjadi lantaran sebagian pengusaha ritel yang memilih untuk berhenti memesan beras dari produsen beras, sebab, harga beras yang semakin tinggi jauh di atas harga eceren tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Roy menyebutkan, harga beras premium sudah dibanderol Rp 16.000, sedangkan HET beras premium Rp 13.900. Di sisi lain, para produsen beras mengeluhkan stok beras yang diolah mulai berkurang. “Sudah sepekan ini beras itu berangsur kurang. Kemudian kita purchasing order (PO) atau kita pesan ke produsen, eh malah harganya tinggi, sementara kalau peritel membeli harga tinggi dan harus melepas sesuai HET ke konsumen, peritel rugi kan, siapa yang mau nombok. Jadi memang ada yang memilih untuk menyetop pembelian atau pemesan beras dari produsen beras sehingga suplai di ritel memang sedikit atau kosong,” kata Roy saat dihubungi, Sabtu (10/02/2024).
Biang kerok kondisi perberasan dalam negeri tersebut langsung direspons pemerintah pusat dengan berbagai penjelasan dan upaya mengatasinya. Menteri Perdagangan atau Mendag, Zulkifli Hasan mengatakan bahwa kelangkaan beras disebabkan salah satunya oleh masa panen beras di dalam negeri yang lambat. Karenanya, pemerintah harus memasok beras impor ke pasaran agar kebutuhan masyarakat terpenuhi. “Beras itu memang kita lambat kan panennya. Nanamnya lambat, panennya lambat. Tetapi kan kita (pemerintah) sudah isi dengan impor yang banyak,” ujarnya, Rabu (14/02/2024).
Pemerintah berupaya menggelontorkan beras impor ke masyarakat untuk mengantisipasi kelangkaan dan stabilitas harga beras. Meski demikian, pemerintah juga memastikan impor beras ini tidak merugikan petani lokal.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan,menipisnya stok beras dilihat dari musim panen yang mundur sehingga produksi beras dalam negeri ikut mundur dari Maret-April menjadi April Mei, dan Juni. (Ful)