Majalahaula.id – Maraknya kasus kenakalan yang terjadi pada usia anak hingga remaja, menjadi perhatian bagi kita semua. Karena semua orang tua tidak ingin memiliki anak yang nakal. Bahkan senakal apapun orang tua pasti menginginkan agar keturunannya bisa menjadi orang yang baik dan berguna. Biasanya kenakalan anak-anak dipengaruhi oleh factor lingkungan, karena ada perumpamaan yang menyatakan bahwa ketika kita berkumpul dengan penjual minyak wangi maka bau kita akan ikut wangi juga. perumpamaan inilah yang melekat dalam diri kita semua.
Begitupun dalam kehidupan, lingkungan juga memberikan pengaruh besar terhadap karakter, beruntunglah jika kita berada dilingkungan yang baik, sehat, tentram dan saling menguatkan. Namun, sangat merugilah apabila kita berada dilingkungan yang dipenuhi dengan orang-orang jahat, yang nakal dll. Tentunya akan juga berefek terhadap prilaku kita.
Ada banyak cara untuk mendapatkan lingkungan yang baik diantaranya. Berada di tempat pendidikan, tempat pelatihan dan yang lebih terpercaya dan tak bisa diragukan lagi secara aqidah dan akhlaknya ketika berada di pesantren. Karena ketika kita berada ditempat pendidikan tentunya kita akan focus dengan belajar dan dikelilingi dengan orang-orang yang terdidik, begitupun ketika kita berada dilingkup pelatihan pastinya kita akan focus dengan materi pelatihan yang diberikan untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan materi pelatihan yang diberikan. Dan apabila kita berada dilingkungan pesantren maka sekeliling kita akan dipenuhi dengan orang-orang yang religius, sopan dan santun. Karena senakal apapun anak dipesantren pasti tetap dicap baik oleh orang-orang.
Kebayang bukan? Antara nakalnya anak pesantren dengan anak rumahan. Mungkin nakalnya anak pesantren hanya sekedar telat bangun tidur, tidak sholat berjamaah, tidak menggunakan busana muslim pada saat sholat, membuang sampah tidak pada tempatnya. Hal seperti itu sudah dianggap pelanggaran. Apalagi yang nakal-nakal sampai diluar nalar kita, sangat tidak mungkin bukan?
Coba bandingkan dengan anak yang tidak mondok. Mungkin telat bangun tidur, sama orang tuanya dimaklumi saja. Malah terkadang orang tua beranggapan “biarlah dia istirahat, maklum capek”. Dan sholatpun tidak dilakukan secara jamaah tidak jadi masalah, yang penting anak tetap mau mengerjakan sholat sudah cukup. Belum lagi ketika si anak keluar main bersama teman-temannya, apakah dia salah pergaulan atau bagaimana? Sehingga apa yang dilakukan diluar orang tua tidak bisa mengontrol.
Ketika kita melihat brosur, mendengarkan informasi dari tetangga atau melihat berita yang ada di TV. Secara umum pesantren yang sering kita jumpai adalah pesantren yang khusus remaja, dimana bisa mulai mondok pada saat kelas 1 MTS sampai 3 MA. Namun sebenarnya ada beberapa pesantren yang menyediakan fasilitas mondok bagi siswa jenjang MI mulai dari kelas 1 sampai 6. Salah satunya adalah pesantren yang ada di Surabaya utara. Nah, pesantren ini dinamakan pesantren khusus anak-anak dalam lingkup pondok pesantren assalafi alfithrah. Dimana mereka akan diasuh oleh beberapa ustad yang bertugas disana. Dan tentunya penanganan pola asuh yang diberikan kepada pesantren anak dan pesantren yang remaja pada umumnya akan berbeda.
Peran ustadnya pun berganda, tidak hanya sebagai tenaga pengajar yang bertugas mentransfer ilmu pengetahuan semata. Namun, juga bertugas sebagai orang tua yang harus memastikan santri-santrinya makan cukup, baju tidak ada yang kotor, uang jajan cukup sesuai dengan apa yang dititipkan oleh orang tuanya.
Dengan adanya pesantren khusus anak, ini bisa memberikan pencerahan bagi orang tua bahwa pesantren itu tidak melulu untuk anak yang remaja, namun juga bisa pra remaja. Jadi, kesempatan orang tua untuk mengenalkan anaknya dengan kehidupan pesantren bisa lebih cepat.
Dan yang paling utama adalah menanamkan pondasi agama yang kokoh bagi anak-anak sebelum mereka dewasa. Diibaratkan seperti bangunan, yang apabila pondasinya kokoh pasti kerangka diatasnya nanti akan kuat dan awet juga. tidak mudah goyah walau ditiup angin yang kencang. Begitu pula dengan manusia, apabila dasar keagamaannya kuat pasti nanti akan dijadikan sebagai pedoman dalam berkehidupan.
Memang tidak sebagian orang tahu jika memondokkan anak bisa dimulai dari dini, namun dengan adanya tulisan ini harapannya bisa membuka nurani mereka, bahwa ketika ingin memondokkan anaknya tidak harus nunggu ketika si anak remaja.
Dengan memasukkan anak ke pondok besar harapan bisa menjadikan anak taat pada aturan agama, menjadi anak yang sholeh/sholeha yang akan mendoakan para orang tua ketika sudah meninggal dunia. Sesuai hadis” tak akan putus amalnya seseorang yang meninggal kecuali 3 perkara; Ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jariyah dan anak sholeh yang mendoakannya”.
Penulis : Abdul Mujib yang saat ini berkhidmat di Mi Alfithrah Surabaya