Majalahaula.id – Bulan Desember selalu identik dengan bulan wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sang Guru Bangsa. Tak heran bulan Desember selalu dianggap bulan Gus Dur.
Selama ini banyak orang berbeda-beda dalam menafsirkan untaian ciri khas kalimat Gus Dur, “Gitu saja kok Repot”, sesuai dengan perspektif masing-masing.
Wakil Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Pusat Nasrulloh Afandi punya analisa, tentang kalimat yang sekilas terkesan sederhana itu. “Fungsinya sedikitnya ada tiga hal manuver politis, yang disampaikan oleh Gus Dur dengan kalimat; ‘Gitu Saja Kok Repot’,” tulis Nasrulloh dalam opininya yang dimuat NU Online Jabar, Kamis (28/12/2023).
Pertama, kata Nasrulloh, Gus Dur membentuk opini psikologis khalayak, bahwa -kondisi Gus Dur dalam keadan baik-baik saja, tidak terbebani dengan faktor apapun. Meskipun Gus Dur tokoh panutan NU, Ketua PBNU tiga periode, cucu pendiri NU, banyak yang menghujat, mencaci maki; hingga Gus Dur dituduh kafir, murtad, liberal, antek Yahudi, dan sejumlah hujatan-hujatan sadis tidak berprikemanusian yang ditunjukkan kepada Gus Dur.
“Namun Gus Dur cukup menaggapinya dengan santai, disertai ucapan ringan dan riang: ‘Gitu Saja Kok Repot’. Hasilnya, warga NU pun tidak banyak bereaksi atas hinaan- hinaan kepada Gus Dur tersebut,” jelas Ketua PP Pergunu ini.
Kedua, lanjutnya, ungkapan Gus Dur tersebut, justru bertambah “ngetop” ketika Gus Dur berada di puncak “popularitas” saat menjabat presiden ke- 4 RI. Di tengah dahsyatnya badai gempuran dari rival-rival politik. Gus Dur kerap melontarkan kalimat : ‘Gitu Saja Kok Repot’.
“Dengan kalimat itu, sebenarnya Gus Dur membentuk opini, jutaan masyarakat pendukung fanatiknya untuk tidak perlu panik, marah, atau bereaksi anarkis ketika Gus Dur ada yang menghujat bahkan menjatuhkannya dari kursi Presiden,” terangnya.
Ketiga, dengan ungkapan tersebut, Gus Dur juga memberi contoh pola pikir dan “gaya” kepada para pemimin atau tokoh- tokoh terkemuka, untuk berjiwa besar, jangan mementingkan pribadi dan keluarga, untuk tidak reaksioner dalam menerapkan kebijakan di tengah-tengah masyarakat.
Realitasnya, ketika Gus Dur pun didzolimi, dipaksa turun dari kursi Presiden tanpa sebab kesalahan yang jelas, Ia berseloroh: “Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian”.
Massa pendukung Gus Dur pun tenang, negara aman, bahkan di tengah situasi yang memanas itu, banyak yang sempat tertawa riang, disusul oleh Gus Dur dengan joke ‘Gitu aja kok repot’, tersebut. Hasilnya tidak terjadi anarkis, meskipun pendukung fanatik Gus Dur dari berbagai etnis, suku dan beragam strata sempat bergejolak.
“Jadi, jelaslah manuver Gus Dur dengan kalimat tersebut punya peran dalam menyelamatkan stabilitas keamanan sosial, beragama, hingga politik bangsa dan negara,” pungkas pengasuh Pesantren Balekambang Jepara Jateng ini. (Vin)