Majalahaula.id – Ada yang menarik dari pertandingan timnas Indonesia beberapa hari lalu, pasalnya suasana stadion berbeda dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya. Yang sering kita jumpai di tribun adalah supporter yang menggunakan pakaian casual, dan serba jersey olahraga. Namun tidak dengan pertandingan timnas Indonesia U-17 dalam piala dunia. Para supporter hadir dari berbagai latar belakang, diantaranya adalah supporter santri.
Hadirnya supporter santri semakin membuat suasana stadion semakin religius dan sejuk, karena mereka tidak hanya sekedar datang saja, tapi mereka semakin membuat suasana damai dengan lantunan sholawat yang dibacakannya. Artinya melalui lantunan sholawat tersebut mereka juga mendoakan agar timnas Indonesia diberi hasil terbaik pada pertandingan.
Dukungan tersebut juga merupakan ikhtiar langit yang dilakukan oleh para santri. Karena sejatinya ikhtiar itu tidak hanya secara dohir saja, namun secara batin juga harus dilakukan.
Inilah yang membuat berbeda dengan supporter yang lain, karena biasanya supporter lain berteriak-teriak sambil mengejek pemain lawan. Ketika tim kebanggannya dicurangi misalnya. Berbeda dengan santri yang terus memberikan semangat kepada timnas melalui yel-yel keislaman.
Dengan adanya yel-yel dari santri tentunya akan tercipta suasana yang sejuk dan damai tanpa harus ada yang tersinggung.
Padahal para santri terkadang jika ingin menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion harus sembunyi-sembunyi dahulu, karena takut kena takzir oleh pengurus pondok. Namun dengan adanya kesempatan yang diberikan kepada santri untuk hadir langsung di stadion tentunya semakin membuat santri antusias untuk hadir. Tanpa disertai dengan rasa takut dan was-was kena takziran.
Dengan menggunakan pakaian serba taqwa dan bersarung sebenarnya semakin membuat suhu badan menjadi sumuk, tapi itulah ciri santri yang tidak bisa dilepaskan dari yang namanya sarung dan baju taqwa.
Saya yang hadir pada pertandingan ya merasa senang dengan adanya supporter santri. Karena ini merupakan momen pertama hadir bersama dengan santri-santri yang lainnya.
Banyak santri juga yang menjadi penggemar klub bola, baik dari dalam maupun luar negeri, Terutama klub daerah asal. Kecintaan santri terhadap sepak bola juga dibuktikan dengan memiliki jersey kebanggaan timnya, bahkan ada juga diantara mereka yang kabur dari pesantren hanya untuk menyaksikan tim kebanggaan mereka yang bertanding.
Ternyata supporter santri ini menjadi bukti bahwa santri harus memiliki andil dalam berbagai bidang, khususnya olahraga sepak bola. Karena melalui supporter santri mereka akan termotivasi agar siapa saja yang memiliki bakat dalam sepak bola harus dikembangkan, siapa tau mereka bisa menjadi pemain top. Tentunya yang lahir dari santri.
Lagi pula olahraga sepak bola merupakan olahraga yang menjadi favorit banyak orang, karena mudah, bisa dimainkan dimana saja. Tiap pondok pesantren pasti memiliki lapangan, dan dari lapangan itu bisa dijadikan ruang untuk pengembangan bakat di sepak bola.
Setiap hari pasti di lapangan pondok selalu dipakai untuk olahraga sepak bola, ini merupakan bukti bahwa sepak bola merupakan olahraga yang merakyat. Tidak perlu mencari tempat yang khusus untuk melakukannya.
Main sepak bola menggunakan sarungpun mereka juga nyaman. Tentunya ketika dilingkup pesantren ciri khas yang digunakan adalah penggunaan sarung, sarung tidak hanya difungsikan untuk ibadah saja, tapi ketika mereka belajar, mencuci, kerja bakti, dan bahkan sepak bola mereka tetep istiqomah menggunakan sarung sebagai ciri khasnya. Padahal ketika menggunakan sarung pada saat olahraga akan ribet, tapi tidak dengan santri.
Ini menjadi bukti bahwa main sepak bola pakai sarung aja mereka bisa, apalagi main sepak bola di stadion layaknya seperti pemain-pemain top yg menggunakan seragam lengkap bola.
Dibeberapa pesantren juga melakukan sepak bola api, padahal ini merupakan permainan yang membutuhkan keberanian tinggi. Pasalnya bola yang digunakan bukan dari plastic atau bola kulit sintetis, tapi bola yang digunakan adalah kelapa kering yang sudah diolesi minyak tanah kemudian dibakar. Dan mereka bermain tanpa menggunakan alas kaki, ngeri bukan?
Sepak bola api saja mereka lakukan, apalagi sepak bola yang menggunakan bola kulit. Pasti mereka lebih menguasai.
Kecintaan mereka terhadap sepak bola harus didukung dan difasilitasi agar bisa membuahkan prestasi. Karena sangat disayangkan apabila sudah ada bakat namun tidak diarahkan. Sama halnya kita memiliki sepeda motor, namun bingung mau kemana tujuan kita berikutnya. Kasus ini hampir sama dengan anak yang memiliki bakat, namun tidak diarahkan. Karena apabila diarahkan dan dibimbing dengan baik, mustahil apabila tidak menjadi orang yang top.
Beberapa tahun lalu juga ada liga santri yang membawa angin segar bagi kalangan santri. Karena melalui mentri pemuda dan olahraga mereka diberi ruang untuk berkompetisi menunjukkan bakat yang dimiliki, agar bisa bertanding mencari prestasi.
Sebenaranya dengan adanya liga santri nasional bisa dijadikan tahap penjaringan atlet sepakbola dari lingkungan pondok pesantren, karena melalui liga santri akan hadir bibit-bibit pemain dari pesantren yang handal, yang nantinya bisa dinaikkan pada kasta liga yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Melihat berbagai latar belakang pemain timnas senior-senior, ternyata ada juga yang berbackground pondok pesantren. Diantaranya Evan Dimas, Yadi Mulyadi, Asnawi Mangkualam , Witan Sulaiman, Rafli Mursalim dan masih banyak lagi.
Kiprah pemain tersebut harus ada yang meneruskan, melanjutkan bakatnya dalam membela tanah air melalui perjuangan di pertandingan sepak bola. Siapa lagi yang harus meneruskan, kalau bukan santri?
Semoga kedepan banyak lahir talenta-talenta olahraga yang lahir dari pesantren.