Majalahaula.id – Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah, Sholahuddin Aly menegaskan bahwa NU tidak akan terlibat politik praktis. Hal itu ditegaskan saat disinggung terkait salah satu partai yang hendak meraup ceruk suara umat Islam NU, khususnya di Jawa Tengah. “NU mengambil garis khittah (garis besar perjuangan) yang tidak terlibat politik praktis. Maka NU tidak akan mengurusi capres,” katanya, Senin (16/10/2023).
Menurutnya, itu kebijakan yang telah ditetapkan oleh organisasinya sebagai ormas. Tak hanya itu, pihaknya mengaku akan terus mengedukasi warga agar rasional dalam memilih saat Pemilu 2024 mendatang. “Itu kebijakan organisasi, kami akan fokus mengurus ormas. Kita akan lakukan edukasi politik ke warga agar melakukan pemilihan rasional dan menjauhi politik identitas,” sambungnya.
Bagi Aly, ini merupakan langkah konkret untuk menghentikan politisasi agama melalui politik identitas yang menurutnya masih marak dilakukan. “Politik identitas jelas tidak mendidik dan berbahaya untuk keutuhan persatuan Indonesia,” tegasnya.
Sebab menurut Aly, Indonesia merupakan negara majemuk yang keberagamannya mesti selalu terjaga. Sehingga, lanjutnya, tidak boleh politik identitas maupun politisasi agama terulang pada Pemilu berikutnya. “Indonesia ini kan negara majemuk yang bisa memicu keterbelahan dan perpecahan tinggi, yang berusaha menggunakan pendukungnya ya,” ucapnya.
Sehingga, ketegasan GP Ansor yang menolak terlibat dalam politik praktis maupun keterkaitan dengan partai tertentu menjadi alasan untuk menghindari politik identitas tersebut. “Anggota kami menghindari dan menjauhi (politik identitas), teman-teman di daerah punya rutinan majelisan di kabupaten/kota. Artinya Majelis ini cukup membendung dan mengerem politik identitas,” ucapnya.
Aly meminta seluruh masyarakat untuk bijak dalam memilih. Tak lupa dengan melihat rekam jejak calon peserta Pemilu 2024. Perihal arahan dukungan, pihaknya menyebut satu arahan dengan apa yang diputuskan nanti oleh Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor . (Ful)