Majalahaula.id – David O’Shea adalah seorang guru sekolah dasar yang punya pengalaman 18 tahun mengajar di Asia dan Australia. Ia pun pernah mengajar di sekolah internasional Australia di Indonesia.
Kini selain jadi guru, David juga menekuni profesi sebagai penulis novel anak.
Tak ia sangka, karya pertamanya, Class of Nine, diganjar penghargaan Best Indie Book Award (BIBA) 2022 untuk Middle Grade Fiction. Kini, ia tengah menggarap buku keduanya, Slosh, yang akan segera terbit.
David menuturkan, ia semula menulis untuk mengisi waktu saat pandemi. Tulisannya berkisah tentang anak-anak kelas 5 SD yang belajar mengatasi tantangan dan konflik sehari-hari, mulai dari pemilihan dewan siswa sampai kompetisi lari.
Tiap karakter siswa dan guru di Class of Nine juga diceritakan lewat point of view masing-masing. Seolah-olah, sejumlah siswa ikut menyumbang tulisan sungguhan di bukunya.
David bercerita, pengalamannya sehari-hari dengan para siswa usia 10-13 tahun mengilhami kisah-kisahnya. Kesukaan pada olahraga ia juga dituangkan lewat sejumlah karakter yang senang lari di buku pertama hingga senang olahraga bola khas Australia, Aussie rules di buku kedua. Karakter-karakter ini dikisahkan menghadapi kesulitan seperti cedera, masa pemulihan, hingga bisa bangkit berolahraga lagi.
“Saya harap anak-anak membaca buku saya tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai medium belajar. Semua pesan di buku saya itu tentang ana-anak menghadapi masalahnya,” kata David pada wartawan usai mendongeng pada siswa SD Kebun Jeruk 10, SD Santa Ursula Jakarta, dan anak komunitas baca TaCiTa Jakarta di perayaan Hari Literasi Internasional oleh Kedutaan Besar Australia, di Perpustakaan Jakarta, Kamis.
“Sebagai guru, saya melihat masalah anak-anak. Dan yang membuat saya bahagia adalah melihat mereka mengatasi masalahnya dan menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab saat tumbuh besar,” imbuhnya.
David menuturkan, ia sengaja memilih medium karya fiksi untuk menyampaikan pesan bagi anak-anak. Baginya, medium ini dapat lebih relatable di hati siswa ketimbang karya nonfiksi.
Ia bercerita, sehari-hari dirinya mendapati para siswa menghadapi konflik, tantangan, kehilangan, dan tragedi. Sebagaimana manusia mencari cara untuk mengatasinya, ia berharap dapat mengirim pesan agar anak-anak tidak mau menyerah begitu saja, tetapi mencari strategi untuk mengatasinya.
“Resiliensi, untuk tidak menyerah. Dan agar anak-anak relate dengan pesan dan ceritanya, saya kerap pakai quote di cerita,” tuturnya.
Buku David kini ditambahkan dalam 35 buku Australia baru koleksi Australian Reading Corner di Perpustakaan Jakarta sebagai bagian perayaan Hari Literasi Internasional. Siswa dapat membaca buku anak-anak, fesyen, serta buku-buku tentang arsitektur, seni, dan pariwisata Australia di perpustakaan ini.
“Kolaborasi kami dengan Perpustakaan Jakarta di Cikini dirancang untuk membantu menumbuhkan kecintaan akan membaca dan mendorong berbagi pengetahuan tentang Australia di antara anak-anak dan berbagai komunitas di Indonesia,” ujar Steve Scott, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia di Jakarta.