Majalahaula.id – Ketua Umum Pagar Nusa Nahdlatul Ulama, M. Nabil Haroen mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama memainkan peran kunci dalam politik menuju 2024. Karena, saat ini basis massa NU yang sangat besar, diperebutkan oleh semua kandidat capres-cawapres dan juga partai politik.
“Nahdlatul Ulama ini basis warganya kan sangat kuat hingga di desa-desa. Terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Warga NU sangat kuat dan mengakar, maka memang menjadi rebutan dari capres-cawapres dan juga partai politik pada kontestasi menuju 2024,” ungkap Nabil Haroen, kepada media ini, Kamis (14/09/2023).
Nabil Haroen mengungkapkan, bahwa Nahdlatul Ulama ini merupakan kunci dari semua game-plan terkait Pemilu 2024. Menurutnya, semua kandidat capres berusaha menarik tokoh dari NU untuk menjadi pasangan, atau juga menjadi tim utama pemenangan. Jadi, memang NU sekarang menjadi kunci, basis massa NU, pesantren, santri, diperebutkan sebagai basis massa yang penting menentukan di Pemilu 2024.
Lebih lanjut, Nabil Haroen menjelaskan bahwa Jawa Tengah dan Jawa Timur memang menjadi battle ground dari peta kekuatan politik yang mengakses massa dari Nahdliyyin. Namun, di Jawa Barat, juga tidak bisa dikatakan dikuasai oleh satu kekuatan politik semata.
“Di Jawa Barat, dengan kultur yang unik, kekuatan politik juga berganti-ganti, kalau kita membacanya dari pola yang panjang. Tidak bisa dikatakan hanya dikuasai oleh satu partai politik tertentu atau Islam modernis saja, peta kekuatan politik berubah sangat dinamis,” terang Nabil yang juga Wakil Ketua Umum PB Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Menurutnya, Warga NU ini sudah tersebar di berbagai daerah, dengan jaringan pesantren yang tersebar luas tidak hanya di Jawa, tapi juga di beberapa kawasan luar Jawa. Memang, kantong suara terbesar dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi, sekarang ini, pesantren-pesantren di Jawa Barat dan Banten juga semakin solid, untuk bersama-sama mengaji politik kebangsaan. Jadi, jaringan pesantren sangat bisa diandalkan sebagai ruang aspirasi dan konsolidasi kaum santri.
Nabil Haroen, yang lama mengaji di Pesantren Lirboyo, juga menyampaikan betapa warga Nahdliyyin sekarang sudah sangat cerdas secara politik dan bisa menentukan pilihan secara jernih.
“Di bidang politik, warga NU sekarang ini sudah sangat cerdas. Para santri sekarang ini juga sudah terbiasa membahas terkait politik. Ketua Umum PBNU, Kiai Yahya C Staquf sekarang ini mendorong para pengurus dan kader NU fokus untuk mengurus ummat, melayani apa-apa yang dibutuhkan ummat, dari pada hanya terbawa angin politik. Namun, warga NU sudah sangat cerdas berpolitik, bisa menentukan pilihan yang tepat untuk pemimpin Indonesia masa depan,” jelasnya.
Nabil Haroen mengajak kepada warga Nahdliyyin dan santri-santri di berbagai kawasan untuk cerdas berpolitik dan berpartisipasi aktif menggunakan hak politiknya. “Sebagaimana perintah Ketua Umum PBNU, kita tidak boleh menggunakan NU sebagai kendaraan politik. NU itu untuk Khidmah dan melayani ummat. Namun, secara personal, kita juga harus aktif untuk bergerak di bidang politik, harus ada yang mewakili warga Nahdliyyin berjuang di medan jihad politik.”
Terkait dengan calon pemimpin Indonesia masa depan, Nabil Haroen mengajak agar warga NU memilih calon pemimpin yang punya rekam jejak bagus dan tidak pernah memecah belah. “Kita lihat saja rekam jejaknya, bagaimana sang tokoh ini dalam beberapa puluh tahun terakhir. rekam jejaknya kan jelas, apa kontribusinya bagi Indonesia dan rakyat? Jangan pilih calon pemimpin yang punya rekam jejak memecah belah,” ungkap Nabil Haroen (*).