Majalahaula.id – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengaku gregetan dengan kondisi organisasi NU yang begitu-begitu saja tanpa perkembangan signifikan. Bahkan, kesadaran untuk membangun organisasi yang benar-benar mumpuni sulit diwujudkan dalam kenyataan.
Hal itu diungkapkan Gus Yahya saat silaturahim dan pengarahan kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), dan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta di Auditorium Universitas Alma Ata (UAA), Senin (14/08/2023).
“Organisasi kita itu besar. Dari survei yang dilakukan tahun 2020 lalu, sebanyak 52 persen penduduk muslim di Indonesia mengaku warga NU. Ini kan sangat besar, tapi kenapa organisasinya gitu-gitu aja, gregetan saya,” ujarnya.
Atas dasar itu, Gus Yahya mengungkapkan, PBNU mencoba menerapkan strategi yang komprehensif dengan tiga komponen utama, yakni tatanan organisasi, pelatihan kader, dan pola kegiatan. Untuk tatanan organisasi akan dibuatnya lebih pakem dan harus diterapkan secara disiplin. “Contoh sederhana saja, laporan keuangan tidak ada yang beres dari tingkat ranting sampai muktamar. Lalu hubungan antarlembaga sendiri juga tidak diurus, sehingga ada yang tidak tahu kondisi lembaganya itu,” katanya.
Dirinya menegaskan, pihaknya akan merinci hal-hal yang masih abu-abu dan ditegaskan. Salah satunya melalui verifikasi dan validasi dari tingkat ranting sampai wilayah. Verifikasi dan validasi ini menjadi dasar pihaknya menyusun strategi nasional yang sistemik.
Selain tata organisasi, kata Gus Yahya, strategi kedua adalah pelatihan kader. Pihaknya saat sudah memulai untuk pelatihan kader secara berjenjang dari tingkat ranting hingga pengurus besar. “Kita perlu sekali adanya standar kapasitas manusia untuk menjadi pengurus. Di tingkat pimpinan akan saya gulirkan akademi kepemimpinan yang bekerja sama dengan Lemhanas guna menyiapkan para pengurus PWNU dan PBNU. Lulusan akademi ini nanti dapat dua sertifikat, yakni dari PBNU dan Lemhanas,” jelasnya.
Adapun strategi ketiga adalah membuat pola kegiatan yang terstruktur dengan baik. Menurut Gus Yahya, selama ini tidak ada pola kegiatan yang tujuannya ke depan untuk membangun organisasi yang jelas. (Ful)