Majalahaula.id, Semarang – Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin dan jajarannya, bersama Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Semarang berziarah ke makam Sayyid Abdullah Bustam atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Bustam di kompleks Taman Pemakaman Umum (TPU) Bergota, Kota Semarang, Jumat (5/8/2023).
Mbah Bustam, menurut Iswar memiliki jasa yang sangat besar dalam membangun dan menata kehidupan masyarakat Semarang, kala itu.
Namun, Iswar menyayangkan minimnya pengetahuan masyarakat terkait kesejarahan dan ketokohan Mbah Bustam, yang juga seorang wali atau waliyullah juga berpengaruh besar dalam sejarah perkembangan Islam, terutama di Semarang.
“Selama ini hanya dikenal ‘Gebyuran Bustaman’, hanya tahu Gule Bustaman. Masya Allah, hanya seperti itukah beliau, sehingga masyarakat lupa tentang perjuangan beliau. Hari ini saya mengajak, yuk kita bareng-bareng lagi, nguri-uri. Seorang tokoh di Semarang yang kita lupa,” tegas Iswar.
Generasi saat ini menurutnya harus memahami sejarah perjuangan para tokoh, seperti Mbah Bustaman, jika ingin berkontribusi membangun Kota Semarang. Sebab, katanya, pembangunan yang telah dan akan berlangsung adalah meneruskan perjuangan mereka yang telah berjasa di masa lalu.
“Dalam konteks pembangunan, tidak bisa selalu dimulai dari nol. Ini karena para tokoh pendahulu telah meletakkan dasar pembangunan untuk kemudian dilanjutkan generasi penerusnya,” paparnya.
Sebagai informasi, Mbah Bustam adalah orang yang alim ilmu agamanya, sekaligus pemimpin Semarang yang pada masa itu masih dalam lingkup administratif Kabupaten Semarang. Dalam kepemimpinan pemerintahan tersebut, Mbah Bustam mendapat gelar Adipati Surohadi Menggolo I.
Ziarah ke makam Mbah Bustam tersebut adalah bagian dari agenda menyambut peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78. Pemerintah Kota Semarang bersama para pemuda melaksanakan bersih-bersih makam Mbah Bustam dan berziarah serta tabur bunga.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh GP Ansor, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Semarang, Youth Solidarity of Semarang, Yayasan Keluarga Sayyid Kramat Depok, dan Santri Ndalan Nusantara (Sandal Nusantara).
Senada, Ketua PC GP Ansor Kota Semarang, Abdurrahman mengatakan, tak banyak masyarakat yang tahu keberadaan makam Mbah Bustam. Padahal menurut Gus Dora, sapaan akrabnya, Mbah Bustam sangat besar jasanya dalam pembangunan Kabupaten Semarang (sekarang Kota Semarang).
Salah satunya, kata Gus Dora, saat perjanjian Giyanti yang membagi wilayah kekuasaan Pakubuwono Solo dan Hamengkubuwono Yogyakarta. Menurut catatan sejarah, perjanjian pembagian wilayah kesultanan tersebut tidak lepas dari peran dua tokoh sentral kala itu, yakni Mbah Bustam dan Mbah Depok (Habib Thoha bin Yahya) yang bergelar Raden Kertoboso.
“Sehingga karena beliau (Mbah Bustam) berhasil, dibelah tugas sebagai Adipati di Semarang dengan gelar Surohadi Menggolo,” terangnya.