Majalahaula.id, Semarang – Mahasiswa yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) MIT Ke-16 UIN Walisongo Posko 7 mengadakan diskusi bersama pemuda Pakintelan, Gunungpati, Kota Semarang mengenai pemahaman terkait moderasi agama dan penyelesaian konflik, Kamis malam (27/07/2023).
Dalam diskusi yang diselenggarakan di salah satu rumah warga tersebut, ketua Divisi Pendidikan dan Keagamaan, Hiban Zaki Alawi, memantik diskusi dengan menjelaskan definisi dari moderasi agama, yang disebutnya sebagai konsep yang untuk memberikan ketentraman bagi sesama.
“Moderasi itu bahasa yang diambil dari bahasa Inggris moderation yang dapat diartikan sebagai tengah-tengah. Hal ini dimaksudkan untuk menjalankan suatu agama tidak dengan cara-cara yang ekstrim atau berlebih-lebihan. Dan dengan hal ini, ketentraman bagi sesama akan terwujud,” tutur Hiban Zaki Alawi.
Hiban menambahkan bahwa terlalu kiri akan berdampak buruk, begitu juga jikalau condong ke kanan. Maka tengah adalah solusinya dalam menyelesaikan permasalahan antar agama.
“Terlalu kiri akan membawa kita pada persoalan yang menjerumuskan kepada hal-hal yang liberal. Dan terlalu kanan akan membawa kita pada persoalan radikal dan fanatisme. Solusi yang ditawarkan adalah tengah-tengah dengan konsep moderasi. Dan utamanya konsep ini dalam persoalan beragama”.
Diskusi pun berjalan interaktif, tanggapan dari Harun misalnya, salah satu peserta diskusi dari unsur warga setempat tersebut merespons diskusi dengan melontarkan pertanyaan terkait perbedaan dari moderasi beragama dengan toleransi beragama, “Bahasa yang familiar didengarkan toleransi beragama, lalu perbedaannya sama moderasi beragama itu apa? “.