Majalahaula.id – Menjadi pesantren yang ramah bagi penyandang disabilitas, Senin hingga Rabu (31/07-02/08/2023) di Auditorium Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo Situbondo diadakan kegiatan ‘Temu Inklusi’.
Hal tersebut diungkapkan oleh Khairuddin Habziz adalah Katib Ma’had Aly Situbondo, mengenai kegiatan ini, guna meneguhkan eksistensi peran Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo sebagaimana pondok pesantren lainnya di Indonesia. Yakni dalam menjalankan fungsinya sebagai mercusuar keilmuan, baik dalam merespons isu-isu krusial keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Diungkapkan, dipilihnya Pondok Pesantren Sukorejo menjadi tuan rumah sebuah kegiatan kemanusiaan untuk berbagi cinta dan rasa dengan saudara-saudara yang ditakdirkan hidup dalam keterbatasan secara fisik. Dan tentu saja kegiatan ini banyak memberikan pesan dan kesan mendalam. “Bahkan setumpuk perasaan yang mengharu biru bagi semua, terutama para santri saat berkomunikasi dan berbaur dengan para penyandang difabel,” ungkapnya.
Pertama, membuat diri tersentak sadar, betapa besar nikmat Allah berupa kesempurnaan fisik yang selama ini kita miliki. Walau terkadang nikmat tersebut tidak disadari dan disyukuri karena boleh jadi yang terbayang hanyalah mengejar kesempurnaan materi dan lain-lain. Bercucur air mata atas anugerah nikmat yang tak terhingga ini.
Kedua, kegiatan ini seakan mengirimkan alarm dan pesan kuat ke dalam lubuk hati terdalam, khususnya bagi santri dan semua yang sempurna secara fisik, bahwa keterbatasan secara fisik bukan penghalang. Keterbatasan tidak membuat mereka berpatah hati dalam menjalani takdir ilahi.
“Lalu bagaimana dengan kita yang dianugerahi fisik sempurna? Sudahkah anugerah besar tersebut telah dimanfaatkan dan disyukuri dengan baik?,” tanyanya saat menghadiri acara tersebut.
Ketiga, forum ini juga mengisyaratkan kepada dunia pesantren agar santri dapat memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan mereka, khususnya dalam bidang tuntunan keagamaan. Misalnya lahir fikih difabel, fikih disabilitas dan beberapa rekomendasi penting lainnya dari forum ini.
Hal menarik dari forum tersebut, ternyata kegiatan tidak hanya mempertemukan para sastrawan dan budayawan muslim semata, tapi juga dihadiri para sastrawan non-muslim. Hal ini menyiratkan betapa dunia sastra dan seni menjadi media untuk membangun toleransi sebagai perekat hubungan sesama anak bangsa.
Selain itu Kiai Azaim seakan ingin menyadarkan dunia santri bahwa bekal dalam berdakwah, tidak hanya terpaku pada kemampuan ilmu agama semata, tapi kesenian dan sastra pun dapat menjadi bagian penting dalam kesuksesan berdakwah. Tidakkah Wali Songo telah mengislamkan Nusantara tanpa pertumpahan? Salah satunya dengan melalui seni dan budaya.
‘Selamat atas terselenggaranya acara temu inklusi ke-5 2023. Semoga menghasilkan rumusan-rumusan kebaikan bersama untuk agama, bangsa dan kemanusiaan,” pungkasnya. Dy