Search

Media Berfungsi Jembatani Informasi untuk Redam Konflik

Majalahaula.id – Bagaimana kerja media memotret konflik? Hermin Y Kleden, jurnalis senior Tempo menjelaskan harusnya media alternatif bisa membangun narasi yang toleran dan inklusif khususnya dalam memberitakan konflik keagamaan.

Hal itu diungkapkan Hermien dalam “Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan: Politik, Media, dan Konflik Agama” yang digelar Subdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik Kementerian Agama bareng Unicef dan Kemendikbud, Sabtu (10/06/2023) di Redtop Hotel, Jakarta Pusat. “Media seharusnya menjadi jembatan informasi bagi publik, memudahkan publik untuk mendapatkan informasi yang baik,” papar Hermien.

Dirinya menegaskan bahwa media harus bertanggung jawab dalam menjalankan tugas sebagai penjernih informasi terlebih akibat tren adu kecepatan yang menyebabkan banjir informasi. “Tantangan kita (media) saat in adalah bagaimana menawarkan cerita yang harus diceritakan tetapi sulit diceritakan seperti konflik keagamaan hari ini. Jurnalis harus dapat menulis secara jernih, menguraikan konflik dengan baik, dan membingkainya secara sensitif,” terangnya.

Baca Juga:  Wacana Penghapusan Jabatan Gubenur Sulit Diwujudkan

Senada dengan Hermin, jurnalis senior Zaky Amrullah dari BTV menyebut sulitnya melaporkan konflik keagamaan di Indonesia karena punya harus berdamai dengan industri. Maka dari itu, kata jurnalis yang lama bergelut di industri televisi itu, ia menyebut realitas industri media ini berhadapan dengan “prosumer” yakni ketika masyarakat, melalui media sosial, bukan lagi menjadi konsumen, tetapi juga telah menjadi produsen informasi. “Artinya media bukan lagi menjadi satu-satunya pihak yang berkontribusi dalam memberikan dan menyebarkan informasi,” jelasnya.

Alvin Nur Choironi dari Islami.co menambahkan, dalam memberitakan konflik keagamaan, media sebaiknya tidak hanya fokus pada konflik yang sedang terjadi. “(media) harus bisa memberikan narasi alternatif, bukan soal bagaimana konflik terjadi, tapi mengedukasi terkait konflik itu sendiri agar tidak semakin tereskalasi,” terangnya.

Baca Juga:  Keberagaman Picu Konflik, Harus Ditanamkan Toleransi

Acara ini sendiri merupakan bagian utama dari Islami Fest 2023 hari pertama dan menghadirkan sejumlah media yang ada di Indonesia, serta sejumlah Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama dari daerah.

Acara digelar dua hari, yakni tanggal 9-10 Juni 2023 di Hotel Redtop, Pacenongan Jakarta Pusat. Sedangkan Islami Fest menghadirkan sejumlah diskusi pakar sampai closing remarks dari Menteri Agama H Yaqut C Qoumas. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA