Search

Bolehkah Jamaah Lansia Pakai Diapers saat Ihram?

Majalahaula.id – Konsultan Bimbingan Ibadah (Bimbad) PPIH Arab Saudi Daker Madinah KH Ahmad Wazir Ali menyatakan jamaah haji lanjut usia (lansia) masih bisa menggunakan popok saat berihram. Menurutnya, jamaah lansia tetap bisa beribadah tanpa perlu khawatir terkendala beser atau sering buang air dalam waktu berdekatan.

Kiai Wazir Ali membolehkan jamaah yang sering beser memakai diapers atau popok karena masuk kategori darurat atau halangan (uzur). “Jamaah yang suka beser diperbolehkan menggunakan pampers (popok, Red) karena termasuk uzur,” katanya di Madinah, Arab Saudi, beberapa waktu lalu.

Jamaah haji yang tiba di Madinah dengan kategori tersebut dinilai tetap bisa berniat ihram dari Bir Ali. Mereka tidak disyaratkan harus suci dari hadas atau najis. Kiai pengasuh Ponpes Denanyar, Jombang, itu menegaskan, jamaah yang sering buang air kecil hingga harus memakai popok tidak perlu membayar dam ataupun fidyah.

“Juga tidak perlu membayar dam atau fidyah. Meskipun menurut beberapa penjelasan literatur fikih lain harus membayarnya, baik dengan seekor kambing, memberi makan enam fakir miskin atau puasa selama tiga hari,” kata Kiai Wazir.

Meski boleh memakai popok, Kiai Wazir menyarankan agar jamaah lansia berniat ihram menggunakan niat ihram bersyarat (isyrirath). “Sebaiknya dalam kasus jamaah khusus, lansia, risiko tinggi, dan lain-lain, niat ihramnya menggunakan niat ihram bersyarat. Artinya, jika nanti di perjalanan terhalang oleh sesuatu penghalang, semisal sakit atau lainnya, dan tidak bisa melanjutkan manasiknya, maka dia boleh tahalul dan menyudahi manasiknya,” ujar dia.

Baca Juga:  Benda Diduga Peninggalan Kerajaan Ditemukan di Sidoarjo

Dengan begitu, katanya, ia tidak terikat dengan larangan ihram dan juga tidak kena dam. Status umrah wajib bagi jamaah yang niat bersyarat, lanjutnya, sudah terkover dalam umrah haji (umrah qiran), membarengi niat ihram umrah dan niat umrah haji sekaligus.

“Umrahnya dimasukkan haji, jadi nanti niatnya pakai ihram haji qiran. Niatnya, nawaitu al-hajja wa al-‘umrata wa ahramtu bihima lillahi ta’ala,” ucapnya.

Penanganan demensia

Penanganan dan antisipasi terjadinya demensia penting dilakukan. Apalagi, demensia ini sewaktu-waktu muncul sehingga perlu dicegah secara tepat. Hal itu diungkap Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr M Imran pada konferensi pers secara virtual, Selasa (6/6/2023).

“Demensia ini merupakan fenomena jamaah haji Indonesia tahun ini karena memang jumlah lansianya lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata dokter imran.

Gejala-gejala yang bisa terlihat awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami, kemudian sulit mempelajari hal baru, sulit konsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu, dan tempat, terutama setelah mereka berpindah dari kampungnya ke embarkasi atau ke Tanah Suci.

Baca Juga:  Badan Pangan berharap BUMN Pangan Optimalkan serap Gabah Petani.

“Demensia jamaah lansia memang masih bisa dicegah. Artinya jangan sampai menimbulkan gejala disorientasi. Salah satu pencegahannya adalah dengan stimulasi kognitif,” kata dokter Imran.

Stimulasi kognitif itu misalnya, mengajak pasien ngobrol, atau bersosialisasi dengan sekitar. Biasanya setelah terapi ini, ingatan pasien akan pulih kembali. Ajak jamaah haji itu bercerita dan bisa dilakukan oleh para pendamping dengan selalu mengajak mereka bersosialisasi, berdoa, zikir bersama, kemudian menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan jamaah lansia menjadi lelah.

Namun, Imran menekankan, setelah pasien pulih harus tetap diwaspadai karena demensia ini sewaktu-waktu bisa muncul, terutama disebabkan kelelahan dan dehidrasi. Bagi jamaah lansia, Imran menyarankan untuk beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri beraktivitas di luar kegiatan ibadah haji. Dia menjelaskan, hal itu dapat memicu kelelahan atau terjadi dehidrasi akibat paparan cuaca panas di Arab Saudi

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo mengatakan, pihaknya secara masif melakukan edukasi kepada seluruh jamaah haji Indonesia, terutama lansia dan yang mempunyai risiko tinggi (risti) kesehatan, untuk tidak memaksakan diri melakukan aktivitas fisik yang berlebihan.

Baca Juga:  NU Jatim Serukan Warga Nahdliyin Baca Qunut Nazilah dan Hizib Nashor untuk Palestina

“Sesuaikanlah dengan kemampuan masing-masing dalam beribadah. Kemudia,n bagi jamaah haji mandiri yang sehat agar turut mengawasi dan memberikan pendamping terhadap jamaah lansia dan risti,” kata dia.

Jamaah haji juga diminta mewaspadai cuaca panas di Arab Saudi dengan selalu menggunakan alat pelindung diri seperti payung, masker, kaca mata hitam, semprotan air, dan alas kaki saat berada di luar hotel. “Jadi, semprotan air pun juga digunakan jika mereka mulai merasa kering di kulitnya supaya tidak terjadi iritasi di kulitnya,” kata Liliek.

Kepada jamaah haji diminta rutin minum air minimal satu gelas atau 200 ml per jam dan tidak menunggu haus karena di Arab Saudi jarang merasa haus. Bagi jamaah yang memiliki penyakit komorbid, diingatkan agar minum obat teratur sesuai anjuran dan memeriksakan diri secara rutin kepada tenaga kesehatan haji.

“Jika ada keluhan badan kurang sehat, segera hubungi petugas kesehatan terdekat, siapa pun petugas kesehatannya, supaya nanti bisa segera diberikan tindakan,” kata Liliek.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA