Search

Harga Telur di Jakarta Naik hingga Rp34 Ribu Per Kilogram

Majalahaula.id – Harga telur di DKI Jakarta terpantau naik pada Senin (15/5/2024). Diketahui, rata-rata harga telur ayam ras di kawasan Jakarta dibanderol Rp30.923 per kilogram (kg), naik Rp214 dibanding pada Ahad (14/5/2023). Harga telur ayam ras paling mahal dijual di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, yakni Rp34 ribu per kg. Sementara paling murah di Pasar Cibubur, Jakarta Timur, seharga Rp28 ribu per kg.

Harga telur di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan juga naik ke Rp33 ribu per kg dari Rp31 ribu pada Ahad (14/5/2023). Kemudian di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, dibanderol Rp32 ribu per kg, naik dari Rp31 ribu per kg pada Ahad (14/5/2023). Sedangkan di pasar lainnya, harga telur terpantau stabil, di antaranya di Pasar Minggu seharga Rp32 ribu per kg, Pasar Pramuka Rp30 ribu per kg, Pasar Jatinegara Rp30 ribu per kg, dan Pasar Paseban Rp28 ribu per kg.

Baca Juga:  Di Rumah Sakit Ini Gubernur Jatim Deklarasikan Green Hospital

Sementara, mengutip hargapangan.id, Senin (15/5/2023), harga telur ayam di Papua Barat melonjak hingga Rp38.700 per kg. Harga tersebut adalah yang paling mahal di Indonesia. Di Papua, harga telur ayam bahkan dijual Rp37.100 per kg, sedangkan di DKI Jakarta, harga telur ayam dijual Rp32 ribu per kg.

Peternak Sebut Wajar
Kenaikan harga telur di pasaran menurut peternak ayam merupakan hal wajar. Hal tersebut karena biaya produksi saat ini tinggi. Ketua Asosiasi Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Rofi Yasifun menyebut harga telur naik juga terjadi karena permintaan juga naik.

Dirinya menyebutkan, setelah libur panjang Lebaran 2023, semua pedagang memesan telur ke peternak. “Kalau harga telur di on farm (kandang) Rp26 ribu (per kg), hal ini (kenaikan harga di pasar) wajar karena biaya produksi sekarang juga tinggi. Sehingga harga telur di konsumen sekitar Rp29 ribu-Rp30 ribu (per kg) adalah wajar,” katanya, Senin (15/5/2023).

Baca Juga:  Lepas Keberangkatan Jamaah Haji, Menag: Jangan Sungkan Hubungi Petugas

Selain itu, Rofi juga menyinggung soal program Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang membagikan bantuan sosial (bansos) telur kepada keluarga rentan stunting (KRS) di 7 provinsi. Ia menyebut program tersebut juga membuat pesanan telur ke peternak melonjak.

Rofi menyebutkan kenaikan harga telur selepas Idul Fitri biasanya terjadi hingga H+21 sampai dengan H+27. Hal tersebut juga terjadi pada Lebaran kali ini, meski puncak kenaikan harga diklaim sudah mulai landai.

“Demand naik, orang hajatan ramai, hidup kembali normal. Setelah libur panjang pedagang semua order telur dan ada tambahan program untuk KRS. Puncak harga saat ini sudah berlalu dan turun landai mulai Sabtu (13/5/2023) kemarin,” tuturnya.

Ia pun mengapresiasi program bansos Bapanas kepada KRS. Menurutnya, selain bisa menurunkan tingkat stunting, program itu membantu perekonomian peternak rakyat dengan membuat harga telur menjadi di atas harga pembelian pemerintah (HPP).

Baca Juga:  Semarak Kick Off 1 Abad NU Bantul

“Ini bisa membantu meningkatkan demand telur dan daging ayam, sehingga harga akan bisa di atas HPP sehingga ada margin dan bisa berproduksi dengan baik. Karena harga sering di bawah HPP di kandang atau on farm selama ini, apalagi saat pandemi kami banyak yang gulung tikar. Masih di ambang wajar kenaikannya (harga telur di pasar), peternak untung konsumen tersenyum,” tutupnya.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut pemerintah memang mengupayakan harga telur yang baik di level peternak. Hal ini dilakukan demi meningkatkan produktivitas peternak, termasuk dengan melibatkan mereka di program bansos untuk KRS.

“Harga telur memang kita jaga di tingkat peternak agar peternak dapat melanjutkan produksi dan meningkatkan produktivitasnya,” kata Arief. (Hb)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA