Search

KH Jadul Maula Makna Filosofi dari Ketupat

Majalahaula.id – Idul Fitri merupakan suatu hari besar nan istimewa bagi umat Islam. Bagi kaum muslimin Indonesia, perayaan Idul Fitri identik dengan ketupat, makanan yang disajikan pada hari istimewa tersebut dan perayaan yang mengiringinya, seperti Grebeg Syawal atau Lebaran Ketupat yang digelar sepekan selepas Idul Fitri.

Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) ini menjelaskan bahwa ketupat memiliki filosofi yang mendalam. Dalam bahasa Jawa, ketupat diistilahkan dengan kupat. Menurutnya, istilah itu merupakan akronim dari ngaku lepat.

Selain itu, kupat memiliki bentuk persegi empat, simpulnya juga memiliki bentuk yang serupa. Karenanya, empat merupakan angka istimewa dalam ketupat dan mengandung nilai filosofi yang dalam.

Baca Juga:  Ariani Nisma Putri Kolaborasi Soundtrack film 

Menurut Kiai Jadul, empat tersebut memiliki makna empat arah mata angin, yaitu Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Empat juga bermakna empat mazhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali dan khulafaur rasyidin, yaitu Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Tidak hanya itu, empat juga mengandung arti jumlah punakawan dalam kisah pewayangan Jawa, yaitu Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong. Empat juga memiliki arti spiritual, yaitu empat pimpinan malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail.

Di samping itu, Kiai Jadul juga menyampaikan bahwa dalam Grebeg Syawal di Jawa, ada gunungan yang terdapat pohon dan empat binatang. Pohon tersebut dimaknai sebagai pancer, sedangkan empat binatang ini adalah harimau, banteng, kera, dan burung merak. Masing-masing binatang ini mewakili nafsu dalam diri manusia.

Baca Juga:  Hj Margaret Aliyatul Maimunah Sapa Kader Fatayat Madura

Harimau adalah bentuk simbolisasi nafsu amarah. Hal tersebut harus dikendalikan dan tentunya dapat diarahkan menjadi keberanian. “Kalau gak dididik bisa merusak,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak, Yogyakarta itu.

Banteng merupakan gambaran nafsu atau dorongan menyukai hal yang indah dan enak, seperti senang pada lawan jenis, harta benda, dan semacamnya. Sementara itu, kera merupakan perwajahan nafsu lawamah, teriak mencela ataupun kebutuhan dasar, makan minum, kawin, nutrisi dan reproduksi. Burung merak merupakan simbol dari nafsu muthmainnah, ketenangan. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA