Majalahaula.id – Sekretaris Program One Pesantren One Product (OPOP) Jawa Timur, Mohammad Ghofirin mebagikan kiat-kiat menjadi santripreneur sukses. Menurutnya, yang utama adalah niat ingin menjadi pengusaha.
“Tidak ada halangan mondok tidak bisa jadi pengusaha. Santri walau mondok tetap bisa menjadi pengusaha sukses,” ujarnya saat menjadi pembicara di talkshow Paragon Goes to Pesantren di Aula Pondok Pesantren Putri Al Falah Ploso, Kediri.
Ghofirin menjelaskan, tujuan daripada mondok adalah untuk mencari ilmu supaya nanti tidak hanya jadi bu nyai, ustadz, guru, pegawai negeri, tapi juga bisa menjadi pengusaha. Santri yang ingin jadi pengusaha mulai sekarang disiapkan ilmunya, kalau sudah lulus dari pondok insyaallah ketauhidtannya akan terjaga. Santri bergantungnya pada Allah bukan bergantung pada selain Allah.
“Tidak ada ceritanya santri yang jadi pengusaha bergantung pada dukun, bergantung pada peramal, bergantung pada arah angin, bergantung pada sinar rembulan, semua bergantung pada Allah. Itu ciri mutlak pengusaha santri,” ungkap Ghofirin yang juga menjabat sebagai Ketua NU Circle Jawa Timur.
Lebih lanjut, kata Ghofirin, setelah niat, mencari ilmu, kemudian adalah mengembangkan keterampilan yang dimiliki. Misalnya, yang suka berdagang diberi keterampilan berdagang, menjahit, memasak, dan lain sebagainya. Lantas, bagaimana cara supaya tahu bakat untuk berbisnis apa ?
Ghofirin mencontohkan, salah satu santri yang ketika ditanya ingin meneruskan usaha nasi bebek milik ibunya. Tapi, karena outlite nasi bebek sekarang satu, maka ada keinginan untuk mengembangkan outlite nasi bebek tersebut di seluruh Indonesia.
Ghofirin mengatakan, modal menjadi kendala terbesar oleh kalangan anak muda yang ingin memulai suatu bisnis. Padahal, modal bisnis tidak hanya berupa uang, namun panca indera yang dimiliki juga merupakan modal untuk bagaimana dapat mengembangkan bisnis yang diinginkan.
“Modal tidak harus berupa uang. Tangan, kaki, penglihatan, pendengaran, lisan, pikiran, hati, semua adalah modal. Modal berupa uang itu betul, yang salah ketika memaknai modal hanya berupa uang,” terangnya yang bertugas mendampingi 1.000 pesantren di Jawa Timur.
Ghofirin yang juga menjabat sebagai Direktur OPOP Training Center Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) menambahkan, menguatkan mental, berdoa, dan ikhtiar juga tidak kalah pentingnya. Melaksanakan amalan seperti halnya shalat hajat, shalat dhuha, doa pembuka rezeki, serta shalawat.
“Sambil nunggu dagangan sholawatan. Ini bedanya pengusaha santri dan bukan santri,” ujarnya.
Ghofirin pun menuturkan, bila ingin jadi pengusaha sukses perbanyak jaringan. Kuncinya sering silaturahim baik itu acara langsung atau secara virtual, memperbanyak kawan jangan punya musuh.
“Harus baik dengan siapapun, punya sifat legowo (iklas atau sabar), sifat kasih sayang. Kalau sudah begitu santri Ploso jadi pengusaha sukses, dermawan, kaya raya, kalau menikah dapat jodoh tampan, kaya, dan sayang mertua,“ imbuhnya. *Lina