Search

Sang Pembaharu Itu Bernama Al-Asy’ari

ILUSTRASI Imam Abu al-Hasan al-Asyari. | DOK REP DAAN YAHYA

Majalahaula.id – Imam al-Asy’ari adalah ulama yang ilmunya luas dan pengetahuannya mendalam. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya karangan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman dan banyaknya para pengikut. Termasuk di dalamnya para ulama, orang shaleh, orang bertaqwa, dan para wali. Karena itu, mustahil jika mereka sepakat dalam kesesatan. Sebab, mereka adalah orang-orang pilihan dari umat yang terpilih.

Seorang pakar fiqih mazhab syafi’iyah yaitu Abu Ishaq al-Isfarayani pernah menyatakan, “Dulu aku berada di samping Syekh Abu Hasan al-Bahili bagaikan lautan dengan tetesan airnya.” Sementara Abu Hasan al-Bahili juga pernah menyatakan, “Aku berada di samping Syekh al-Asy’ari bagaikan lautan dengan tetesan airnya.”

Kepada al-Qadhi Abu Bakar ibn al-Thayyib pernah di sampaikan, “Perkataanmu lebih jelas dari perkataan Abu Hasan al-Asy’ari.” Beliau berkomentar, “Demi Allah, keadaan terbaikku adalah memahami perkataan Abu Hasan al-Asy’ari.”

Sang Pembaharu

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Baca Juga:  Putri Ariani Mimpi Tercapai Jika Yakin

إنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهذهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat Islam, setiap seratus tahun, seorang yang memperbarui untuk mereka (interpretasi) ajaran agama mereka.” (HR Abu Daud).

Seorang mujaddid yang dijanjikan dalam hadits ini bisa saja hanya seorang pribadi dan bisa berupa sebuah kelompok. Ada yang mengatakan, kemungkinan mujaddid yang dimaksud hidup secara terpencar-pencar, bukan dalam satu kelompok yang menyatu.

Setelah risalah sawami ditutup dengan risalah Nabi Muhammad saw., maka hikmah Allah berkehendak untuk mengutus seorang pembaharu agama ini dalam setiap seratus tahun. Pembaharu itu bertugas menyingkirkan debu-debu kotoran yang menutupinya, dan mengembalikannya agar kembali bersih sebagaimana yang diridhai Allah swt.

Para ulama mengecap Abu Hasan al-Asy’ari sebagai pembaharu setiap seratus tahun dimaksud. Kita tidak mengetahui ada sosok lain yang membela dan menyelamatkan agama ini dengan apa yang ditulis, diperdebatkan, didiskusikan, dan diridhai oleh jumhur ulama ini selain Imam al-Asy’ari.

Baca Juga:  Alyssa Soebandono Anak Pulang Tanpa Piala

Setelah memperhatikan bentuk-bentuk pembaharuan yang ada dalam pemikiran Imam Asy’ari, beliau menyajikan perkara-perkara lama yang telah disepakati, tetapi dalam bentuk yang terbaru. Beliau menghilangkan debu-debu kotorannya dan mengemasnya dalam pakaian terkini yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Secara tidak langsung, beliau menjelaskan bahwa al-Qur’an dan Sunnah cocok bagi setiap zaman dan tempat tanpa mengubah substansi keduanya. Jika tidak demikian, maka yang beliau lakukan adalah perubahan, bukan pembaruan. Dalam pembaharuan yang dilakukannya, Imam Asy’ari menggunakan senjata baru dan klasik secara bersamaan dalam membela al-Qur’an dan Sunnah, yaitu senjata akal.

Tak hanya itu, beliau juga pandai menyelidiki titik-titik perselisihan di antara pihak-pihak kaum muslimin yang bertikai untuk kemudian dikembalikan kepada manjah moderat, yang tentunya sesuai dengan syara’ dan akan tanpa kekerasan berlebihan.

Rupanya-rupanya, banyak ulama dan shalihin yang memuji beliau melalui untaian-untaian syair. Syair-syair tersebut telah dikutip oleh Imam Ibnu Asakir al-Dimasyqi. Misalnya, antara lain bait-bait syair yang disampaikan oleh Imam Abu Nashr Abdur Rahim Abdul Karim ibn Hawazin al-Qusyairi yang menyebutkan:

Baca Juga:  Margaret Aliyatul Maimunah Dukung Penuh Pembersihan BUMN

“Dua hal yang siapa pun mencelaku karena keduanya.

Sesungguhnya dia telah berlepas dari diriku.

(Yakni) cintanya Abu Bakar kepada Sang Imam Petunjuk.

Dan keyakinanku terhadap Mazhab al-Asy’ari.”

Imam Abu al-Hasan Hibatullah ibn Abdullah al-Saibi juga melantunkan syairnya:

“Jika dalam ilmu ushul engkau sesuai dengan akidah lurus al-Asy’ari,

Maka engkau akan tulus ikhlas berinteraksi dengan Tuhanmu,

Bersama dengan mazhab Imam al-Syafi’i yang teguh.

Kuasailah huruf Ibnu al-Ula semata.

Dalam I’rab jangan kau anggap pandangan awam.

Sesungguhnya engkau berada dalam keyakinan yang hak,

Dan syariat Muhammad Sang Utusan terbaik.”

 

*) Salman Akif Faylasuf: Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA