Majalahaula.id – Pondok Pesantren Al Ashriyah yang berlokasi di Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng, ini tertua di Kabupaten Banyuwangi. Pesantren yang didirikan Kiai Abdul Basyar itu, konon tempat mengaji salah satu pendiri NU Syekh Syaikhona Kholil asal Bangkalan, Madura.
Suasna khas pesantren kuno, amat terasa saat menginjakkan kaki di halaman Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ashriyah. Bangunan pondok dengan cat yang yang sudah mulai memudar, menambah kesan tuanya usia pesantren itu. Apalagi, suasana di pesantren yang berdiri pada 1882 itu selama ini juga sering sepi.
Dilansir daej Jawa Pos Radar Genteng Kamis (9/2), di pintu masuk hingga dalam kompleks pesantren, nyaris tidak ada santri atau warga yang tengah berkegiatan. Di kompleks pesantren itu hanya bangunan masjid bercat putih, gedung asrama permanen yang satu di antaranya berlantai dua, dan satu lagi asrama antik dengan dinding dari gedhek yang dindingnya sudah banyak bolong-bolong.
Selain bangunan gotakan tua (asrama), juga ada kolam untuk mandi para santri, kentongan dan jam kuno di halaman masjid yang masih utuh berdiri dari masa ke masa. Bangunan asrama gedhek dan kentongan itu, peninggalan Kiai Abdul Basyar yang masih tersisa. “Pondok ini yang paling tua di Banyuwangi, sudah ada sejak 1880-an,” kata salah satu pengasuh Ponpes Al Ashriyah, Kiai Sadali Mawardi, Senin (6/2) lalu.
Kiai Sadali yang ditemui tengah menonton TV di rumahnya mengatakan, pesantren dibangun oleh kakeknya Kiai Abdul Basyar sejak 1901. Tapi ada yang menyebut, pesantren ini sudah ada sejak 1882. “Babatnya sebelum 1901, awalnya ada warga dari Banten datang dan belajar agama di sini, makanya pada 1901 dibangun pondok,” terangnya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Putra ketiga dari Kiai Mawardi atau cucu Kiai Abdul Basyar yang biasa disapa Kiai Dali ini mengaku tak banyak tahu soal sejarah pesantrennya ini. “Sejarahnya tidak pernah dituliskan, yang saya sampaikan ini dari cerita-cerita saja,” ungkapnya.
Kiai Abdul Basyar berasal dari Banten, Jawa Barat. Sebelum ke Banyuwangi, banyak belajar di pondok pesantren yang ada di Kediri dan Blitar. “Mbah Basyar ke Banyuwangi bersama orang-orang dari daerahnya,” terangnya.
Saat datang ke Banyuwangi dan akhirnya
menetap di Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng, daerahnya masih berupa hutan belantara. Kakeknya yang dibantu teman-temannya babat hutan dan membangun rumah sederhana. “Awal mula yang menetap di sini itu ya orang-orang pendatang dari Banten itu,” pungkasnya.