Majalahaula.id – Menjadi salah satu program kerja Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Ponorogo. Yang disampaikan dalam final PWNU Jatim Award Sabtu (21/01/23) lalu. Mitigasi bencana terus dilakukan oleh di tengah isu bencana siklon tropis saat ini. Mitigasi tersebut di antaranya dengan menyiapkan warga tangguh bencana berbasis kearifan lokal.
Ketua LPBINU Ponorogo, Novi Trihartanto mengatakan, tahun ini menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Indonesia akan dilanda cuaca ekstrim yang namanya siklon tropis.
“Siklon tropis itu adalah anomali cuaca. Yakni, cuaca yang hadir tidak semestinya atau cuaca yang lebih ekstrim. Kalau panas, malah panas banget dan kalau dingin, justru dingin banget. Bisa juga mestinya musim hujan tapi masih kemarau atau sebaliknya,” katanya.
Novi mengungkapkan, dampak dari hal itu di wilayah Ponorogo karena wilayah dataran tinggi salah satunya adalah berupa munculnya titik-titik kekeringan. Maka, mitigasi yang dilakukan salah satunya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) relawan tangguh bencana.
“Itu dilakukan untuk menghadapi munculnya siklon tropis atau cuaca ekstrim tadi,” terangnya.
Selain itu, pihaknya juga menyiapkan alat-alat yang membantu apabila terjadi siklon tropis, seperti menyiapkan sistem komunitas masyarakat yang siap. “Yaitu sistem peringatan dini di komunitas masyarakat,” ucapnya.
Hal itu, menurutnya sangat tepat dengan menggandeng desa tangguh bencana agar nantinya masyarakat tangguh bisa menyelamatkan masyarakat yang lain. Tentu, hal tersebut dilakukan dengan tanpa melupakan kearifan lokal.
“Contohnya seperti menggunakan kentongan dan tiang listrik atau pluit sebagai tanda peringatan bencana. Serta, membuat kesepakatan kalau bunyi sekali tanda bencana apa dan seterusnya,” paparnya.
Disebutkan, beberapa waktu lalu LPBINU Ponorogo di Desa Karang Gebang, Kecamatan Jetis, Ponorogo memanfaatkan tiang listrik sebagai alat bantu early warning system (EWS). “Dan tidak lupa LPBINU Ponorogo akan terus bekerja sama dengan BPBD setempat,” jelasnya.
Penghijauan
Selain penaggulangan bencana, LPBI NU Kabupaten Ponorogo melaksanakan kegiatan penghijauan dengan cara menanam pohon secara massal di sekitar titik sumber air di Dukuh Karang Sengon, Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Ponorogo. Hal itu dilakukan untuk menjaga ketersediaan air dan mencegah bencana alam di desa setempat.
Ketua LPBI NU Ponorogo Novi Trihartanto mengatakan, kegiatan tersebut digelar sebagai bentuk ikhtiar dan kepedulian dari para pemuda NU terhadap lingkungan hidup serta merawatnya di tengah maraknya pembakaran hutan dan kerusakan alam oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab.
“Sebagai Banom NU, kita harus komitmen menjaga kelestarian alam dan penyelamatan sumber mata air untuk kelangsungan hidup semua manusia, terutama umat NU. Mari kita menjadi orang yang senang menanam pohon, karena dengan menanam kita sama menyalamatkan kehidupan manusia,” kata Novi.