Majalahaula.id – Gelombang sosmed makin kuat. Setiap hari tidak lepas dari yang namanya sosmed. Update status, posting foto, video, atau konten menarik lain bukan hanya untuk eksistensi semata, tapi juga membangun personal branding. Kini penilaian orang lain terhadap pribadi seseorang juga didasarkan pada perilaku mereka di sosmed.
Hal ini pun berlaku pada suatu lembaga pendidikan, terutama sekolah yang berada di kalangan NU. Untuk itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, KH Zaenal Abidin mengajak dewan guru lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU untuk melakukan branding madrasah atau sekolah secara maksimal di media sosial.
“Saat ini kelompok di luar NU sudah banyak yang mendirikan sekolah dengan branding dan pengelolaan secara profesional,” katanya saat membuka workshop branding sekolah, pada Senin.
Menurut Kiai Zaenal, sekolah NU tidak hanya sebatas membuat benner pengumuman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) saja. Karena saat ini era digital, sekolah harus terus menunjukkan kelebihan atau prestasi melalui flayer, twibbon atau vidio pendek. Sebab itu, guru NU harus cekatan dalam masalah digital. Jika tidak demikian pasti akan tertinggal dengan sekolah di luar NU.
“Sekolah NU itu siswa-siswinya sudah sering memenangkan berbagai macam lomba. Namun masih lemah dalam mengelola menjadi branding sekolah,” ujarnya.
Kiai Zaenal meminta guru di lingkungan Maarif NU lebih kreatif. Ia tidak ingin guru-guru NU hanya mengunakan HP untuk hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat untuk sekolah.
“Sudah menjadi tanggung jawab semua guru untuk berfikir bagaimana caranya membranding sekolah supaya manarik dan diminati masyarakat luas. Lemahnya branding sekolah seperti ini karena kekurang sadaran bahwa saat ini era bersaing di media digital. Kalau gurunya tidak mampu bersaing di media digital, maka lembaganya akan gulung tikar,” tegasnya.
Lebih lanjut, Kiai Zaenal menuturkan, guru NU harus siap melakukan apa saja yang terkait dengan dunia pendidikan. Sudah tidak zamannya malu-malu untuk menampakkan suatu kebaikan atau prestasi sekolah. Pasalnya saat ini di media sosial dipenuhi oleh konten-konten negatif.
“Kalau di luar sana kejelakan di publikasikan besar-besaran, sementara yang melakukan kebaikan disimpan rapat-rapat. Maka yang akan terjadi adalah ketidak seimbangan antara kebaikan dan keburukan. Tidak perlu memikirkan kontennya akan disukai berapa orang, dihargai atau tidak. Yang terpenting jika itu untuk branding sekolah, maka lakukan terus menerus,” imbuhnya.