Search

Ini Madrasah Diniyah Pertama yang Berdiri di atas Tanah Wakaf NU dan Dikelola Ranting NU Jatim

madrasah-diniyah

Majalahaula.id – Madrasah Diniyah Takmiliyah Al – Maidah diresmikan Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur Anik Maslachah dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo Moh. Arwani, Minggu 2 Oktober 2022. Madrasah Diniyah berdiri di Desa Durungbedug RT. 004, RW. 001, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.

peresmian-madrasah-diniyah

Dahulu, Madrasah Diniyah ini lebih dikenal dengan sebutan Majelis Taklim yang dikelola oleh KH. Mahmudz Al-Mundzir bersama sang istri Bu Nyai Hj Nurul Qomariah. Di tempat ini pertama kali ada kajian kitab Turots pada tahun 1979. Saat itu santri yang bermukim masih sedikit hanya 9 orang.

Lalu pada tahun 1982 didirikan musala di samping kediaman Kyai Mahmudz. Yang berinisiatif dan membangun tidak lain adalah para santri sendiri. Ada sejumlah tokoh agama Desa Durungbedug yang ikut mengarahkan ke kiblat saat itu, diantaranya Kyai Toyyib, Kyai Amik, Kyai Faqih dan masih banyak lagi. Saat itu Kyai Faqih bertanya kepada KH. Mahmud al-Mundzir “Untuk apa membangun mushollah yang begitu besar Kyai?”

Baca Juga:  PMII Soroti Angka Stunting di Kota Tasikmalaya

“Ketika musala sudah berdiri diisilah dengan gelaran kajian Riyadussholihin yang diajarkan oleh Pak Tamam, seorang alumni pesantren yang diajak untuk ikut menghidupkan syiar agama Islam di pesantren ini” ungkap Mochammad Fuad Nadjib, Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah al – Maidah.

Tahun 2005 KH. Mahmud Al-Mundzir wafat dan pengajian di tempat beliau diasuh oleh Istrinya Nurul Qomariah atau akrab dipanggi bu Nyai Maidah. Karena lahan yang digunakan menjadi tempat belajar kajian kitab turots ini adalah warisan dari keluarga Nyai Maidah, ditambah lagi dari pernikahannya dengan KH. Mahmud Al-Mundzir ini keduanya tidak mempunyai keturunan, maka keluarga Nyai Maidah sepakat lahan itu diwaqafkan bernadzir Nahdlatul Ulama (NU).

Setelah Nyai Maidah meninggal dunia tahun 2013, Pondok Pesantren ini semakin sepi dari santri dan kegiatan. “Untuk menghidupkan kembali, setelah beberapa tahun para alumni menginisiasi kembali pengajian. Apalagi alumninya sudah banyak yang menjadi tokoh di desa bahkan kabupaten lain,” ungkap Fuad yang juga menjabat sebagai Ketua Pergunu Sidoarjo ini.

Baca Juga:  Katib ‘Aam PBNU Sarankan Masyarakat Berobat ke Dokter Daripada ke Dukun

Pada tahun 2022 sehubungan dengan adanya UU Pesantren para alumni pondok pesantren bermaksud mendaftarkan diri secara legal formal pendirian pondok ke Kementrian Agama. Setelah berembuk dan bermusyawarah dipilihlah jalan tengah siapa nantinya yang akan menjadi Pengasuh di Pondok Pesantren Nurul Islam ini dengan sowan KH. Husain Ilyas Mojokerto untuk menujuk salah seorang dari alumni agar menjadi pengasuhnya.

Maka di Rabu malam, 29 Mar 2022 para sesepuh, kiai dan tokoh desa Durungbedug, mendatangi kediaman KH. Husain Ilyas. “Tanpa diduga tiba-tiba Kiai Husain Ilyas duduk disamping saya setelah keluar dari ndalem, dan yang mengejutkan lagi beliau menunjuk saya sebagai pengasuh dari Pondok Pesantren peninggalan adalah Kiai Mahmudz Al-Mundzir dan nyai Maidah,” jelas Fuad. Dikisahkannya, secara nasab memang Fuad termasuk cucu KH. Mahmudz Al-Mundzir karena kiai Mahmudz adalah adik kandung dari Kakeknya.

Baca Juga:  Ketua DPRD Langkat Diperiksa di Kasus Kerangkeng Manusia

Akhirnya, karena regulasi pemerintah untuk mendaftarkan diri menjadi Pondok Pesantren harus ada santri mukim minimal 15 orang, maka didaftarkan dahulu secara resmi menjadi Madrasah Diniyah Takmiliyah al – Maidah. “Ketika nantinya persyaratan itu sudah terpenuhi maka akan didaftarkan Pondok Pesantren secara resmi sesuai dengan harapan para pendiri dan alumni,” imbuhnya.

Secara resmi, Madrasah Diniyah Takmiliyah al – Maidah dikelola pengurus ranting NU Durungbedug Kecamatan Candi Sidoarjo. Saat ini sudah ada 80an siswa yang mengaji di madrasah diniyah ini. “Para pengajar yang semuanya adalah alumni berjumlah 12 orang,” pungkas Fuad.(Vin)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA