Putri almaghfurlah KH Abadurrahman Wahid (Gus Dur) yang biasa disapa dengan Alissa Wahid ini memberikan sejumlah catatan agar moderasi beragama di Tanah Air berjalan sesuai harapan. Dalam pandangan Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia ini, terdapat dua cara dalam menyikapi tantangan moderasi beragama.
“Yang pertama apakah kita sedang membahas kehidupan keberagamaan dan tantangannya apa, atau yang kedua tantangan terhadap gerakan moderasi beragama itu sendiri,” ungkapnya dalam acara konferensi internasional ke-3 tentang studi Islam di IAIN Ponorogo, Jawa Timur, beberapa waktu berselang.
Tantangan yang dimaksud ialah bagaimana sebagai umat beragama yang juga warga negara Indonesia dapat timbul keseimbangan. Yang dimaksudkan antara keberagaman dan kebangsaan menjadi saling memperkuat. Sebagaimana ia mengutip kata Luqman Hakim Saifuddin.
“Kita orang Islam kita menjaga Indonesia dengan hubbul wathan minal iman, karena kita orang Indonesia maka kita beragama secara baik, saling memperkuat,” jelasnya.
Menurutnya, peradaban Islam yang penting itu ialah bagaimana Islam dapat tumbuh dalam ruang yang beragam, tanpa adanya kekerasan. Sebagaimana Islam di Indonesia yang menggunakan pendekatan budaya dan hal ini telah teruji demikian lama yang tentu saja mendesak untuk terus dijaga sebagai warisan penting bagi bangsa ini agar terus kondusif.
“Karena itu, kemudian Islam di Indonesia bagi Gus Dur ialah corak keislaman yang sangat siap untuk hidup di tengah keberagaman,” terangnya.
Ia melanjutkan, dalam membangun gerakan moderasi beragama tersebut terdapat empat aspek yang harus ada. Antara lain, aspek urgensi serta visi yakni Islam rahmatan lil ‘alamin. Dan hal tersebut hendaknya terus dijaga oleh semua elemen bangsa.
“Yang ketiga adalah kapasitas perubahan. Saya berharap konferensi internasional ini adalah upaya memperbesar umat Islam sendiri untuk membangun keberagaman yang wasathiyah,” paparnya.
Dan yang terakhir yakni langkah-langkah yang dapat diimplementasikan, sebagai contoh melalui konferensi ini moderasi beragama dapat disampaikan yang kemudian dapat dijalankan.
“Menggarap moderasi beragama melalui konferensi, tulisan, penelitian, itu semua sangat dibutuhkan tapi harus digunakan, kalau hanya disediakan tidak ada perubahan di masyarakat,” tandasnya. (Ful)