Search

KH Bahauddin Nur Salim : Keuntungan Lebih Menjaga Lisan

gus baha

Majalahaula.id – Banyak masalah yang ditimbulkan dari perkataan manusia. Kalau tidak pandai menjaga ucapan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan masalah, termasuk harus diselesaikan di meja hukum.

Karenanya, secara khusus Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Bahauddin Nur Salim menjelaskan bahwa Rasulullah SAW telah jauh hari memberikan rambu tentang bagaimana seseorang mengatur dan menggunakan lisannya.

“Salah satunya dalam sebuah sabdanya Nabi Muhammad bersabda bahwa amal yang paling disukai Allah adalah menjaga lisan,” kata kiai yang karib disapa Gus Baha dalam tayangan ‘Gus Baha: Diam Itu Selamat?!’, Rabu (14/09/2022).

Ia melanjutkan bahwa dalam hadits tersebut, alih-alih menggunakan kata “diam”, Nabi menggunakan redaksi “menjaga lisan”. Ia melihat bahwa sabda tersebut lebih menekankan kepada bagaimana seseorang mampu memanfaatkan dan menggunakan lisannya dengan bijak.

Baca Juga:  Zuhairi Misrawi: Diplomasi lewat Buku

“Jadi, Nabi tidak mengatakan diam, sebenarnya,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Lembaga Pendidikan Pengembang Ilmu Al-Qur’an (LP3IA) Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah tersebut.

Pemaknaan tersebut, menurut Gus Baha, dilihatnya sebagai dorongan kepada umat Nabi untuk berani menyampaikan kebenaran sekaligus melakukan resistensi terhadap kedzhaliman yang terjadi di muka bumi.

“Sementara (jika) yang saleh-saleh dengan alasan ‘diam itu selamat’ lalu mereka diam, itu malah kita berdosa. Yakin berdosa. Tidak akan kamu jadi wali. Kamu akan jadi setan yang bisu, karena akhirnya tidak bicara kebenaran,” jabarnya.

Lebih lanjut, Gus Baha mengatakan penggunaan lisan dengan bijak, justru akan mengisi ruang kehidupan dengan perkara yang benar. Mencontohkan kepada sesama untuk selalu berjalan di koridor kehidupan yang diridhai Allah.

Baca Juga:  Tya Ariestya Sempatkan Jemput Anak Sekolah

“Kayak apa bahayanya kalau orang bathil mempromosikan kebathilannya, sedangkan yang haq (benar) diam saja,” katanya.

“Dan Allah sudah mempertontonkan kita lewat hukum fisika. Misalnya, gelas kamu isi batu lalu diisi air. Ruang jatahnya batu tentu tidak akan terisi air karena sudah ditempati oleh batu. Sama halnya kalau kebaikan sudah mengisi satu ruang, maka ini tidak bisa digusur oleh kebathilan,” pungkas dia. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA